EVERY WOMAN HAS A SECRET

Saya tidak pernah tau darimana asal muasalnya orang bisa mendua. Saya sudah berusaha mencari referensi dari dunia maya ini, tapi tidak ada yang pas. Jadi saya bertaruh dengan bercerita ala kadarnya…

Alkisah Inem kehilangan telepon genggamnya. Telepon genggam itu adalah hasil jerih payah dia menabung hingga dalam beberapa bulan tidak pulang ke rumahnya yang di Sukabumi sana. Entah bagaimana, telepon itu raib pada saat ditinggal mandi. Menangislah Inem, sejadijadinya tanpa ada rasa malu lagi. Dengan segala sumpah yang disebutkan bagi orang yang mengambil dan rengekannya yang diulang bahwa demi telepon itu dia tidak pulang berbulanbulan, maka disekanya airmata yang sudah mengaburkan pandangannya.

Pada saya mendengarnya, saya ikut prihatin tapi tidak kawatir, entah mengapa. Ini bukan kehilangan yang pertama loh! Ini yang kedua kalinya sejak dia menginjakkan kaki di Jakarta ini. Waktu yang pertama saya berbaik hati membelikan nomor perdana baru dan meminjamkan badan dari telepon genggam saya untuknya. Sampai akhirnya dia punya yang sekarang juga hilang.

Ternyata memang saya tidak perlu khawatir, karena hanya dalam satu hari, Inem sudah kembali memberitahukan saya bahwa dia sudah memiliki nomor sementara. Saya hanya tersenyum, dan melayangkan pikir.

Akhirnya saya bisa bertemu dengan Inem, dan dia kembali menceritakan peristiwa itu, tapi kali ini tidak lagi dengan penuh amarah dan kesal. Kali ini dia bercerita tentang si baik hati yang menawarkan hp baru yang dia miliki sekarang. Penuh senyum dan ceria. Saya ikut senang melihatnya. Bahwa yang sering dibilang orang bahwa disetiap musibah selalu ada hikmah, terbukti dari pengalaman Inem ini..

"Ternyata telepon pakai operator sejuta umat ini hemat bangeddd yah, mba? Telepon lamaaa banged pulsa masih sisa segini…"

Saya hanya tersenyum melihat kepolosannya bercerita, dan dia masih saja menyerocos tentang hp yang baru.

[bersambung karna mau hujanhujanan….]

Tidak beberapa lama, telepon baru itu dia keluarkan, baru saja dia separo bercerita. Tibatiba telepon dalam genggamannya berdering, melihat muka sumringahnya, saya tau dari siapa :)

Setelah itu, saya pamit. Kembali melihat kericuhan dunia diluar.
Sambil kembali berpikir, mungkinkah Inem memikirkan perasaan istri dan anak orang itu? Pada saat dia menerima semua ajakan dan barang pemberian tersebut..

Sepertinya mendung mulai bergayut di ufuk timur, debu kembali bertebaran dan saya hanya menikmati perjalanan pulang ke rumah.


Share:

9 comments

  1. owww...sh*te!
    ceritanya ber-ending gini ya... :(

    mungkin buku ini bisa membantu dalam mencari penjelasan tentang hal 'mendua'tsb..
    http://www.khatulistiwa.net/khatulistiwa.php?c=0&p=676

    BalasHapus
  2. hmm jadi hubungannya inem, ponsel dan pemberi ponsel apa??hubungan mendua itu mei??

    BalasHapus
  3. post ga jelas
    *mungkin karena mo ujan ituh*
    kekekeke
    :P

    BalasHapus
  4. @Leon
    Tapi Le, sepertinya Inem blum sampai sejauh apa yang kmu pikir loh. Jika memang sex bukan hanya sekedar menyatunya penis dan vagina, tapi termasuk gandeng tangan dan pelukan, rasanya udah. Tapi Inem juga tidak sepolos itu koq. Dia selalu mengajak temannya untuk pergi bersama 'si baik hati' itu :)

    @mei
    baca lagi yah dan resapi :)
    mungkin bisa menemukan benang merahnya...

    @May
    seaneh orangnya kan? :D heheheh...

    BalasHapus
  5. oya, terlalu jauh aku mikirnya :D
    daya khayal imajinasiku 2-3 langkah di depan hehe. mbak inem ati2 ya...

    BalasHapus
  6. @Leon
    masa seh? hahahah...yakin? :D

    BalasHapus
  7. hehehehe
    mundur 3-4 langkah ke belakang deh kalo gitu :D

    BalasHapus
  8. mendua atau men-satu itu kadang --bisa jadi-- hanya soal jumlah, apalagi untuk orang yang tak banyak berhitung soal "mereka", "orang lain", "the others", etc...

    BalasHapus
  9. @zen
    waahh...terimakasih sudah dikunjungi kembali :) tersanjung!

    Mungkin juga pada saat itu dialami tidak ada yang pernah menghitung soal jumlah yah?

    hmmm..

    BalasHapus