THE LOVE LETTER

Dalam temaramnya suasana pagi, kembali aku menulis tentang dirimu, seakan merasakan kembali hadirmu disisi. Kamu telah pergi bersama terbitnya bayangan matahari pagi, kembali menuju peraduan damaimu ditengah kota tak bertuan. Sedangkan aku kembali ditinggalkan sendirian dalam sepi, bersama awanawan kelabu dan kabut putih yang perlahan turun pagi ini...

Celoteh mesra kicau burung diatas pohon mangga menemaniku terbangun dari buaian. Mencium harum kembang teh dalam gelas hangathangat kuku, mungkin terasa enak bergulir dalam kerongkongan kering pagi ini...

Apakah kau sudah sibuk melihat hiruk pikuk manusia yg berpapasan hari ini?

Dapatkan kita kembali bersama secepat guntur bergemuruh setelah kilat menyapa bumi? Bagaikan tanah terbelah dan kering kerontang kehausan akan hujan, demikian juga jiwaku yang telah kau hirup dalam setiap nafas membara

Selayaknya sang surya hadir setiap pagi membangunkan bumi ini, demikian juga lah kurasakan begitu wajar berada disisimu kembali. Entah sampai kapan...

Selamanyakah?

Seandainya bisa ingin rasanya kembali bergelung dalam pelukan hangatmu, karena bersamamu semua selalu terasa berbeda dan untuk saat ini sudah cukup...

Aku menginginkanmu bagaikan helaan nafas yang tak pernah terputus...

Larutkanlah dahagaku dengan kasihmu dan laparku dengan janjimu untuk kita. Dunia yang telah kita buat benar-benar antik, semoga tetap akan selalu menjadi milik kita berdua...entah sampai kapan...

Jangan ragukan rasa yang pernah kau kecap dalam kebersamaan yang cukup sulit untuk direalisasikan, tapi ketika itu tercapai maka jiwa-jiwa rapuh ini akan tetap melebur, melembut, meraung dan bersatu hingga menjadi sebuah mahakarya indah...

Semua hanya bersamamu...

Aku terdiam melihat sosok itu duduk termenung disana. Sedang asik bersama tumpukan tembakau dihadapannya. Seru sekali dia membuat tingwe, sesekali ada yang menengok juga kesana. Tiba-tiba ada yang berkata "Lare sak niki mboten purun ndamel tingwe. Mbok menawi mboten pratis nggih"
Kembali ia asik dengan tembakau, kelembak dan menyan dihadapannya. Tak peduli dengan orang yang lalu lalang.

Keretek...keretek...keretek...bunyi lintingan tingwe yang dibakarnya. Memang tidak mungkin berbunyi cengkeh, karna dari bunyi itulah istilah keretek berasal, bunyi kemeretek itu. Tapi sekarang sudah jarang yang mau duduk bersamanya melinting rokok itu, semua maunya serba praktis...bau menyan membuat aroma di sekelilingnya. Ia memakai daun klobot dan enau kering sebagai pembungkus.

Sayang, pemandangan ini pasti mengingatkanmu dengan kampung halaman. Dimana masih terdengar suara magis seorang kakek menembang untuk cucunya dan suara kokok ayam membangunkan desa yang tak kalah hiruk pikuk dengan kebisingan ibukota hanya terasa lebih damai, akrab dan tentram...

Namun, hari telah menjelang ditempatku, Cinta. Bintang telah berkelipkelip bersama gugusan warnawarni cahaya. Berpendar indah dalam keremangan. Tiba saatnya diriku berada diperaduan hangat dalam angkasa. Namun, sebelum aku pamit larut dalam mimpi bersamamu. Sekali lagi aku terangi hatimu dengan bait suci.

Bulan menyapa dengan ramah diatas sana, tersenyum memandang kita. Walaupun berbeda suasana dan tempat, seperti yang pernah kau ungkapkan bahwa rasa kita tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Melainkan menjadikan Awan dan Bumi sebagai dasar dan rasa...

Kau pernah bilang bahwa jika kupandang hamparan langit luas, maka aku kan melihat kerinduanmu disana. Dan jika kupejamkan mata ini niscaya kurasakan betapa merindunya dirimu akan ku...

Terimakasih atas bahasamu, niatmu tersampaikan dalam hati penuh cinta...



PS: Rangkuman dari masa itu. Semoga kamu selalu sehat, Setia :)

Share:

9 comments

  1. dunia yang penuh warna ya :)

    BalasHapus
  2. hahha...yeah! It was once a wonderful world :)

    BalasHapus
  3. jatuhcinta selalu indah..masa yang penuh dengan kebahagian, namun juga kesedihan saat cinta tak lagi diam=)

    BalasHapus
  4. sadddddiiiiiist!!!!

    you are a kind of serial killer ya.. i believe many guys out there had been 'killed' by you...

    gosh...!
    this one is killing, sist!

    BalasHapus
  5. satu lagi,
    (gile sampe gw bela2in balik lagi ke comment ini)..

    wahai para lelaki sedunia, harap berpegangan semua!! raih apapun yang bisa kalian raih untuk berpegangan!

    gue ga rela ada cowok yang kemakan gombal maut puitis mu, mungil! hehehehehehe piss.

    BalasHapus
  6. @mei
    jangan sedih karna cinta sudah lewat yah? Berbahagialah!

    @Leon
    bwahahahhah...rasakan dah!
    tapi ini bukan gombal, its real feelings!!

    BalasHapus
  7. aha.. akhirnya.. akhirnya!!!!
    akhirnya bisa kasih komentar...

    ahiakakakakkk......

    BalasHapus
  8. puisi cinta memang tak lekang oleh jaman

    BalasHapus
  9. celoteh mesra kicauan burung..waduh kok rasanya sudah lama tak mendengarkannya...

    BalasHapus