PABLO NERUDA: DON’T GO FAR OFF, NOT EVEN FOR A DAY

Don’t go far off, not even for a day,
because –
because — I don’t know how to say it:
a day is long and I will be waiting for you,
as in an empty station when the trains are parked off somewhere else, asleep.

Don’t leave me, even for an hour,
because then the little drops of anguish will all run together, the smoke that roams looking for a home will drift into me, choking my lost heart

Oh, may your silhouette never dissolve on the beach; may your eyelids never flutter into the empty distance.
Don’t leave me for a second, my dearest,

because in that moment you’ll have gone so far
I’ll wander mazily over all the
earth, asking,
Will you come back? Will you leave me
here, dying?

-Pablo Neruda-

Jangan pergi jauh, sayang. Walaupun untuk sehari. Karena, aku tak tau bagaimana harus mengungkapkannya. Hari semakin panjang dan aku menantimu, seperti layaknya stasiun kosong dengan keretakereta yang terdiam, seperti sedang tidur. Setelah lelah menunggu penumpang yang .akan datang, tapi tak kunjung juga ada. Hanya segelintir penjual asongan yang duduk dan tertidur. Beberapa orang ikut berteduh didalam gerbong yang sejuk karena terik matahari terlalu menyilaukan mata.

Kondisi gerbong yang kosong itu seperti hatiku yang kosong. Jika kau pergi meninggalkanku, walau hanya sehari saja. Susah untuk diungkapkan dengan katakata yang terangkai indah, sayangku.

Masih ingat tentang malam jahanam itu? Pada saat hujan dan guntur bertalu seakan tidak merelakan kebersamaan kita yang najis? Airmata tersamar oleh derasnya hujan mengguyur. Hanya teriakanteriakan kita terdengar berusaha melawan kemarahan langit. Pelukan erat yang seharusnya menghangatkan, malah semakin menggetarkan tubuh.

Jangan lagi tinggalkan aku walau hanya satu jam, karena sedikit saja tetes kesakitan akan meluluhkan kita. Semakin lama rasa sakit itu kita tahan, maka akan semakin keropos jati diri kita. Bagaikan asap yang berkejaran mencari tempat yang dapat membawanya padaku, sehingga dapat mencekik hatiku yang sedang kehilangan. Asap itu memenuhi seluruh jalur hisap oksigenku, sehingga tidak ada lagi oksigen yang mampu kuhirup. Aku benarbenar tercekik, tidak mampu lagi bernafas. Terlebih hatiku, tak mampu lagi merasa.

Namun, hanya bersamamu. Semua rasa tak enak akan hilang, lenyap. Aku seperti terbangun dari mimpi panjang yang begitu melelahkan, hingga sekujur tubuhku penuh dengan peluh. Seperti layaknya peluh cinta yang terkuras di tempat tidur yang berderit dan menjerit. Tidak mampu lagi menopang ayunan percintaan kita yang semakin bergairah, setiap hari.

Semoga bayanganmu tidak akan pernah hilang diatas pantai. Semoga matamu tak pernah berkedip dan melayang kekedalaman imaji kosong. Karena saat seperti inilah keindahan itu tercipta. Menatap dalam bola matamu. Bibirmu yang bercerita penuh tawaria, tapi matamu penuh dengan kilau. Membuatku semakin tidak ingin kehilanganmu. Jangan tinggalkan aku, walau hanya sedetik pun, cinta.

Tidak mampu lagi kukatakan tentang rasa yang terungkap dalam hati dan sekujur tubuhku ini. Hanya berharap suatu saat kau mengerti apa yang kurasakan. Terkadang, kamu bisa mengungkapkan apapun tanpa sepatah kata terucap. Ciumanmu tanda kau hadir dalam hidupku setiap saat...

Dan jika pada saatnya kau akan pergi jauh, maka aku akan berjalan kebingungan mencarimu diseluruh dunia ini, seperti pesawat yang kehilangan arah. Dan bertanya akankah kau kembali? Karena sudah pernah ku katakan padamu, jauh sebelumnya. Kau adalah hidupku. Jika kau pergi maka lebih baik aku mati dan meninggalkan semuanya. Karena tidak adalagi gunanya aku hidup. Terdengar bagaikan orang bodoh yang sedang mabuk kepayang akan cinta? MEMANG.

Karena kau telah membuatku mabuk. Tegakah kau meninggalkanku disini, setengah mati?


Disadur secara bebas oleh SiMunGiL dari puisi indah karya PABLO NERUDA
Foto diambil dari sini

======

PS: Selamat Ultah Bang Toga, hanya sepenggal puisi dan saduran yang bisa diberikan sebagai hadiah untuk hari bersejarah dalam hidupmu. Semoga segala sesuatu yang terbaik selalu hadir dalam hidupmu yang penuh dengan warna warni cinta sejati..

Share:

8 comments

  1. Di bawah leleh cahayan bulan yang melumuri langit dan tergenang di atas laut, seperti emas cair yang selalu bergelombang mengikuti tarian ombak. Seperti itu pula tubuhku meliuk mengelilingi tubuhmu, ditumbuhi gairah yang menggelegak setelah bertahun-tahun kuhimpun dengan sabar hingga terlampau sulit dibendung.

    Mengingatkan peristiwa desakan air dalam dam raksasa yang hanya dibatasi tanggul rapuh dan meruntuhkannya. Menyebabkan jutaan kubik air tumpah, lalu mengalir dengan kecepatan tak terduga. Merobohkan seluruh benda yang dilintasi, nyaris tanpa peduli. Sebagaimana percintaan yang berlangsung tanpa mempertimbangkan sekitarnya, karena seluruh pori tubuh kita mekar menguapkan aroma syahwat.

    Mengaduk-aduk darah yang berlalu-lalang amat gegas, dari jantung ke seluruh tubuh. Melewati jaringan aorta menuju jemari yang meregang. Dari lorong arteri memasuki bagian-bagian tersembunyi. Dan sebaliknya, dari akar-akar rambut kembali ke pusat pembuluh. Seperti Audi Sporty yang meluncur kencang di jalan tol, membuat napas kita tersengal oleh perebutan antara hasrat dan kesabaran.

    Oh, mana mungkin ada kesabaran dalam sebuah percintaan yang bergelora? Tentu tiada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni, bagi percumbuan yang mirip geliat hiu mengitari mangsanya, sebelum mencabik-cabik korban dengan taringnya, sampai menjadi sayatan-sayatan penuh hamburan warna merah.

    Hanya bedanya, saat ini warna bulan yang menyiram rambutmu menjadi kelebatan-kelebatan cahaya kuning sewaktu kaugoyangkan kepalamu mengikuti irama tubuhku. Menyerupai tarian Boi G Sakti yang lentur sekaligus kejang. Sementara suara laut menirukan ribuan tambur basah yang ditabuh tangan kanak-kanak pada sebuah karnaval lepas senja.

    Kita berdua semakin bersemangat bercinta di bawah bulan. Di hamparan pasir putih yang dari butirannya membersit kerlip kilau lantaran mengandung serbuk kaca. Dan, kadang-kadang dua pasang kaki kita saling menjalin, menelikung, menyebabkan tubuh kita terguling dalam dekapan erat. Menggelepar memasuki air pantai. Dijilat-jilat lidah ombak dengan mesra, dan perlahan-lahan terisap pusaran pasir lembut di bawah air yang tergerus riak gelombang. Seperti diajak kembali ke tengah laut, mungkin menuju palung, dan tentu saja: suara decap kecupan bibirmu yang mematuk setiap inci leherku terdengar bagai kicau camar, yang demikian riang menemukan beribu-ribu ikan kecil mengambang, berenang dalam suatu koloni ketika air pasang. Sebab, bulan tengah mencapai purnama.

    Seperti juga api cinta dalam dada kita yang mencapai puncak bara. Dan, geliat nyala itulah tubuh kita, yang berputar saling menjepit mirip anyaman rotan. Bergantian dilahap tatapan bulan, punggungmu dan punggungku yang telanjang. Di antara siluet masif dua badan saling dekap. Sementara sesekali butir keringat pada busung indah payudaramu memantulkan kilatan warna tembaga, campuran rona kulit duku pada tubuhmu dengan sorot cahaya bulan. Ah, seandainya tak banyak lubang pada tubuh kita, tentu kita berdua akan terapung seraya terus menggeliat dan tertiup angin ke tengah samudra. Sebagaimana pelampung yang terombang-ambing ombak, dan hanya sesekali disambar bidikan sinar lampu menara mercu yang berdiri angkuh di sisi pelabuhan.

    BalasHapus
  2. bergetar hati saya membaca sejengkal demi jengkal kalimat yang kau lukiskan uarkan dari hatimu.

    dahsyat. tak mampu berkata-kata, dan entah kenapa mataku sembab oleh ukiran kalimatmu. mbak.

    nafas senggama itu mengobok-obok imaji.

    xie xie,

    BalasHapus
  3. hasyah!! lali rung di edit...



    *haduh...

    BalasHapus
  4. Mas Arief
    astagaa...terharu sekali saya, baru kali ini mendapatkan komentar sepanjang ini, dan bisa dijadikan 1 postingan baru. terimakasih terimakasih. Tulisan yang luarbiasa dasyat, apalagi diakui tulisan ini adalah spontanitas penulisnya. Bisa dibayangkan jika tidak spontan, pasti lebih dari luar biasa.

    @blue,
    jangan sok mellow deh!
    :p

    BalasHapus
  5. boleh di kopi ga tulisannyah....???
    tuk seseorang yg juga tlah membuatku mabuk kepayang....krn rasa rindu yg tak tertahankan....

    *speechless*

    BalasHapus
  6. @theloebizz
    salam hangat!
    Kalau mau punya saya, silakan dicopy, jangan lupa cantumkan nama penulis yah!
    tapi, kalau mau tulisan mas Arief, silakan tanya ke penulisnya langsung...

    terimakasih sudah mampir :)

    BalasHapus
  7. always love this kind of things!

    oh ya btw i love ur writings!

    di add di blogroll ku yang di wp yah ^_^

    BalasHapus
  8. @All
    sudah berkunjung balik yah :)
    kasih tau dong blog yang di wp-nya

    BalasHapus