BEING ME

Manusia adalah mahkluk yang hidup berdasarkan kenangan. Kita ada hari ini berdasarkan kenangan hari kemarin. Dalam bahasa Inggris, kenangan itu adalah MEMORY. Saya tidak memakai kata MEMORI karena terkesan hanya mengganti satu huruf saja dalam tatanan bahasa. Namun, jika bahasanya diganti menjadi KENANGAN. Sepertinya memiliki arti tersendiri.

Katanya, sebuah tulisan yang bagus dapat membius pembacanya sampai akhir tulisan. Saya sendiri tidak pernah menyadari hal ini pada saat menulis cerita, cerpen atau pun curhat colongan. Saya menulis untuk memuaskan keinginan sendiri. Sekaligus merasakan bagaimana rasanya membaca tulisan sendiri yang suatu saat dapat dibaca ulang. Tulisan yang membawa kenangan akan peristiwa yang sedang diceritakan didalamnya.

Jika ditanya kapan mulai belajar menulis, saya lupa. Seingat saya, sejak SMA saya sudah senang menulis baitbait puisi pendek. Tapi, masuk dalam majalah dinding sekolah pun tidak pernah. Karena biasanya tulisan yang masuk adalah mereka yang dikenal oleh anggota majalah dinding itu sendiri. Memang terkesan ada unsur KKN, tapi itulah kenyataan.

Bagi saya menulis merupakan salah satu alternatif melepas penat yang bagus. Termasuk belajar mengungkapkan perasaan yang tidak bisa diucapkan lewat katakata. Buat mereka yang pintar merayu tentu akan memilih untuk bisa mengungkapkannya lewat ucapan. Namun, ucapan itu tidak dapat terekam oleh media, kecuali pada saat sedang merayu ada yang merekamnya. Tapi, tentu saja akan jadi garing sekali ungkapan perasaan yang terekam tanpa spontanitas penuturnya.

Apakah saya termasuk salah satu perayu? *lirik kiri kanan*

Atau korban para perayu? Hmmm….

Bisa ya, bisa tidak. Tergantung dari mana Anda dan saya melihatnya. Saya tidak pernah merasa merayu siapapun dan apapun, entah melalui tulisan ataupun ucapan. Semua yang saya ucapkan adalah tulus apa yang saya rasakan. Apa yang saya berikan, hadiah, pujian, kecupan atau pelukan pun merupakan ungkapan tulus perasaan saya. Siapa pun itu. Jadi, bila apapun yang saya lakukan itu dimata orang lain adalah rayuan. Saya hanya bisa menerima itu sebagai salah satu kelebihan dan anugerah yang saya miliki :)

Belakangan ini saya mendengar beberapa orang bertanya;

‘Lu pake pelet apa sih, Ta?’

‘Mba, susuknya ditaro di mana siy?’

Saya hanya bisa tertawa mendengar mereka bertanya seperti itu. Saya hanya mampu tersipu. Tidak ada perempuan yang akan tersinggung saat dirinya dibilang cantik atau setiap orang yang dekat dengannya merasakan kehangatan dan kenyamanan. Saya pun termasuk salah satunya. Setelah saya belajar dari ‘kitab’ yang cukup tebal dan mempraktekan apa yang tertulis didalamnya tentang bagaimana mengenali orang yang berbohong hanya dengan melihat sikapnya. Saya menjadi orang yang cukup bisa mengamati lawan bicara saya. Pada saat mereka berbohong akan terlihat sekali dari jawaban mereka.

Saya kasih salah satunya adalah pupil mata orang tersebut akan bergerak ke arah kiri atas, jika Anda menanyakan satu pertanyaan spontan, dan langsung dijawab atau dipikirkan lebih dulu. Bagian pupil matanya akan terlihat melirik keatas, tanpa disadarinya. Coba deh!

Teman saya pernah bilang, dia bisa dengan sadar mengatur pupil matanya, agar membesar dan mengecil. Ini perlu latihan yang entah bagaimana caranya; ada yang bisa. Saya tak pernah mencoba untuk bertanya lebih lanjut, waktu itu. Jika memang bisa melihat kedalaman mata seseorang, pada saat dia bicara benar, bagian pupil mata akan membesar. Jika bohong, terjadi sebaliknya.

Bisakah Anda memantau jauh hingga kedalaman mata? :D

Saya tau ada beberapa orang akan segera mempraktekkannya setelah membaca ini. heheh...Mungkin saya juga akan menjadi salah satu ‘korban’ latihan dari temanteman saya yang membaca tulisan saya ini, tanpa saya sadari. Tapi, tidak ada salahnya membagi sedikit tips bagi orangorang yang saya pedulikan.

Semoga makin banyak perempuan yang bisa SADAR pada saat dirayu atau dibohongin oleh orangorang terdekat mereka. YEAH!! :D

Share:

8 comments

  1. Poin penting yang bisa saya lontarkan,

    1. Menulis (surat cinta, klausul kontrak, cerpen, novel, surat teror, tagihan utang) bukan menghilangkan penat seperti yang dituang Si Mungil dalam tulisan panjangnya, tetapi justru membutuhkan energi, sehingga barangkali tetap bikin penat. Meski untuk kasus ini "lelah" dalam lingkup positif. Bukankah orgasme juga capek?

    Itu mengapa orang butuh benar-benar waktu dan tempat tepat untuk menghasilkan produk bagus.

    Penulis, termasuk para senior macam Darmanto Jatman, Umar kayam, NH Dini, Ike Supomo, atau Mira W; bahkan generasi berikutnya macam Seno Gumira, Gola Gong, Gus TF Sakai, Zara Zetira, S Prasetyo Utomo, Sitok Srengenge, Kurnia Effendi, Triyanto Triwikromo, Phutut EA, Yanusa Nugroho, Sunaryono Basuki KS, Yeti AKA, Hermawan Aksan, Beni Setia, Adek Alwi, Lan Fang, Ganda Pekasih, Dwicipta, Isbedy Stiawan ZS, dan sebagainya, memerlukan waktu yang benar-benar longgar untuk menulis cerpen maupun puisi.

    Itu belum termasuk melakukan observasi tatkala hendak memulai menulis. Menulis tanpa referensi kuat, ibarat menanak nasi tanpa membubuhinya dengan sayur asam atau mendoan.

    2. Menulis untuk merayu? Wah, pasti surat cinta namanya, hehe ... Mengapa harus memulainya dengan ungkapan "merayu"? Mengapa tidak "menggoda" atau "menyuguhi"?

    3. Tulisan Mei memperoleh angka 7 setengah. Hanya, sebagian besar yang saya baca "masih mewakili diri sendiri", alias belum teruji untuk dikaji, meski, jujur, banyak hal saya dapatkan setelah mengobok-obok catatannya sejak ia mulai mempublikasikannya pada 2003.

    Padahal saya ingin kejutan, umpama ujug-ujug saya kaget saat jalan-jalan di Gramedia menemukan novel teenlit (syukur-syukur novel dewasa) berjudul: Jalan Panjang di Canberra, yang ditulis Meita.

    AMIN!

    BalasHapus
  2. apakah saya seperti seorang perayu?
    bukankah dirimu ini memang masternya.

    maaf, saya tidak bisa menulis panjang macam mas arif.

    BalasHapus
  3. @Mas Arief
    wahh...terimakasih selalu atas review dan komentarnya. Saya selalu deg2an kalau melihat komentar dari Mas Arief. Komentar yang membangkitkan semangad, juga sekaligus merasa tertohok :)

    Jangan bosan berkomentar yah, Mas

    @Jongki
    Salam kenal!
    Terimakasih sudah mampir, saya tidak tau apakah kamu memang perayu atau bukan. Tapi, jika kau bilang saya adalah masternya...ehmm..bukankah kau juga mengenal Mas Arief?

    hehehe...mampir lagi yah!

    BalasHapus
  4. lho??

    permasalahannya , kadang ada yang merasa perlakuan yang diberikan sebagai rayuan,..
    padahal emang tulus saja mengalir mengikuti naluri manusia ...

    yang lain lagi,..
    sudah jelas2 emang digombali, kadang wanitanya emang sedang ingin digombali,..


    hahaha.. hubungan flirt dan mem-flirt itu emang ilmu klas tinggi, Mbak... menyerah saya...

    BalasHapus
  5. nah... saya juga pernah belajar begini waktu kuliah Ilmu Pernyataan, tapi kadang sampai sekarang masih saja tertipu oleh orang yang terlalu pandai menipu!

    BalasHapus
  6. ^_^ Salah satu tips-nya itu pernah saya baca di buku body language. sangat menarik. Trims

    BalasHapus
  7. @Leksa
    Hai Mas! Senang melihatmu kembali disini!

    @All
    tetap terus dipelajari, kali yah ilmunya? :D

    @insan
    wanna share? :)

    BalasHapus
  8. hmm....

    jadi pengen dirayu nih??

    BalasHapus