IS THE KILLING NECESSARY?

Saya belajar untuk mengucap syukur setiap hari untuk apapun yang saya alami, dan mohon ampunan untuk segala hal yang terabaikan. Terutama bagi temanteman dan handai taulan yang saya kenal dan sayangi.

Apapun yang mereka alami dan bagikan sudah menjadi bagian dari hidup saya. Hingga saat ini saya tidak pernah menyetujui hal yang bernama aborsi. Bagi saya calon manusia itu tidak salah dan berdosa. Mengapa harus dihakimi untuk tidak hidup dan melihat dunia?

Jika memang kedua orang atau orang ketiga yang memutuskan untuk tidak membiarkannya hidup, mengapa kalian ciptakan dia? Hanya bermodalkan nafsu yang menggebu, dan tidak menggunakan pelindung yang sudah diciptakan dengan berbagai macam warna dan rasa untuk memuaskan hubungan cinta yang seharusnya dinikmati penuh dengan cinta yang bergelora, bukan dengan nafsu semata.

Saya sedih. Tidak tau lagi harus berkata apa.

Dalam keluarga keponakan yang lucu dan pintar adalah bukti bahwa saya bisa menyelamatkan dia dari tindakan bodoh kedua orangtuanya. Dalam lingkaran pertemanan kemarin pun, saya mendapatkan bukti indah. Celoteh lucu dari mulut seorang anak berumur 3 tahun bulan April nanti. Ia berhasil melihat dunia yang memang diciptakan untuk terlihat indah dan menarik bagi hidupnya. Pasangan itu dengan gigih berjuang membesarkan si jabang bayi dan tadi malam mereka dengan penuh kasih tulus, bersedia membantu saya untuk bertemu dengan teman saya yang sedang berada dalam persimpangan yang sudah pernah mereka lewati bertahun lalu.

Saya bangga dengan mereka yang memutuskan untuk menghidupkan calon bayi mereka, hingga saat ini. Celoteh mesra dari mulut kecil itu benarbenar menghibur saya…

“Halo, Tante”

“Aku jago bahasa Inggris loh!”

“Oh yah? Mana coba?”

Terdengar suara sang Ibu membimbing pertanyaan untuknya.

“Coba, kalau Matahari apa?”

“Sun”

“Eyes”

“Kiss”

“Red, Blue, Yellow”

Dan beberapa kalimat pertanyaan yang membuat saya terkagum.

“Nanti kita jalanjalan yah, Tante”

“Boleh!”

“Mau jalan kemana?”

“Beli BreadTalk”

“Memang kamu mau roti yang mana?”

“Yang ada matanya!”

"Ya udah nanti kita beli rotinya yah?!"

"Iyaa, daagghh Tante. Muaahh!"

Hahah…lucu sekali mendengarkannya bisa berkomunikasi. Terakhir kali saya bertemu dengannya adalah pada saat dia masih harus minum ASI. Badannya yang gemuk dan gempal membuat kewalahan Ibunya yang baru belajar menjadi Ibu muda, pada umur 19 tahun.

Selesai bercengkrama dengan Diego, pikiran saya kembali pada teman saya yang sedang dilema.

Kembali teringat pembicaraan tadi malam...

“Halo Mei…”

Terdengar begitu lemas

“Dimana kamu?”

“Udah selesai, Mei…”

“Apanya dah selesai?”

“Udah dari dokter, baru ajah keluar. Gak lama koq. Cuma 15 menit”

Saat itu saya hanya mampu memejamkan mata dan tidak mampu berkata apapun.

“Kamu sama sapa? Ya sudah kalo memang itu sudah menjadi keputusan kalian…
Jangan lupa untuk banyak berdoa dan memberikan nama unisex padanya”

Hanya itu yang mampu saya ucapkan.

Saya hanya berharap mereka tidak akan pernah menyesali keputusan yang sudah mereka ambil, dan si perempuan tidak akan menjadi gila karena merasa ‘dihantui’ oleh keputusannya sendiri. Temanteman yang membaca ini semoga bisa bantu mendoakan mereka dan si calon anak. Siapapun mereka, semoga tidak adalagi orang terdekat dari kita yang melakukan hal ini.
Semoga temanteman bisa lebih bersyukur atas hidup yang dijalani dan bertanggungjawab atas segala perbuatan yang terjadi.

Please, Safe sex! Wear your condom, guys! Even when your girls don’t want you to.
Drink and take your pills, girls. If you don’t want your guys wearing the condom.
Hope there’s no killing for the innocent in the future. :)


= I’m sorry, please forgive me, thank you, I love you =

Share:

6 comments

  1. hhhhh......

    sedih, mei... :(

    bodoh sekali, knp ga pake kondom sih????

    BalasHapus
  2. sebenarnya waktu itu si perempuan sudah pernah bertanya soal pil anti hamil, mbok.

    makanya kemarin pas siang dia telp, aku kaget. Malemnya lebih kaged lagi.

    Hiks..

    BalasHapus
  3. make kondom, bentuk tanggung jawab. mungkin mengurangi sensasi, ato apalah itu, tp sama sekali tidak sebanding dengan resiko yg bisa dihindari. take pills utk ce, ga cukup, krn kondom ga cuma mencegah kehamilan, tp jg mencegah sharing jalan kematian.

    *bukan pakar kondom*

    BalasHapus
  4. klo emang cuma mau nikmatnya aja, kenapa gak jadi pelacur aja sekalian atau bahkan mungkin bintang film porno? bukankan klimaksnya menjadi double? =you get paid for your orgasm!

    makanya muncratnya diluar aja, mas!

    BalasHapus
  5. Gimana dengan metode Klokur di Lokur

    * Keluar di luar ( he he )

    BalasHapus
  6. mak. mak... gmana kalo aman..

    ce ama ce.. co ama co ajah.. jadi ga bakalan hamil??? wakakaka

    BalasHapus