WHY?

Hingga detik ini, saya tidak pernah mengerti dengan mereka yang bisa berbangga dengan reputasi sebagai player. rolleyes Mereka yang dengan mudah bermain dengan perasaan orang lain. Bagi saya itu adalah sesuatu yang tidak adil. Bagaimana mungkin ada orang lain yang memainkan hati orang lain dengan seenaknya? Jika jawabannya adalah 'orang lain itu mau koq dimainin', rasanya itu adalah alasan bela diri yang bodoh sekali. Memang terkadang bisa masuk di logika. Tapi tidak masuk di akal sehat. Karena hal yang dilakukan pun tentunya tidak pakai akal sehat, apalagi hati yah?

Seperti halnya lelaki dan perempuan. Salah satu diantara jenis mahkluk ini PASTI pernah menyakiti satu dan lainnya, dalam konteks menjadi player, tentunya. Hmmm…apa istilah yang enak dipakai yah? Saya tidak dapat menemukan bahasa Indonesia yang enak untuk dipakai untuk menggambarkan sifat yang satu ini. Karena playboy dan playgirl pun bukan bahasa sendiri. Memakai terjemahan kata pemain, nanti dikira bicara tentang pemain bulutangkis, basket atau apapun kegiatan yang memakai kata pemain didalamnya.

Jadi saya tetapkan saja istilah player akan menjadi kata yang saya pakai untuk tulisan ini. Harap maklum. Tapi jika dapat membantu mencari padanan kata lain yang lebih dramatis untuk bisa menceritakan tentang hal ini. Saya sangat berterimakasih sekali.

Kenapa yah? Selalu ada persaingan dalam hidup ini? Apakah itu yang membuat hidup jadi lebih hidup? Mungkin. Saya setuju akan adanya persaingan dalam hidup jika memang untuk memacu hidup menjadi LEBIH berarti dari sebelumnya. Mas Arief menulis sesuatu yang membuat banyak orang jadi berpikir untuk bisa mendekatkan diri pada Yang Kuasa. Semua hal seperti itu memang ada saatnya dalam hidup. Saya berkomentar, bahwa hal seperti itu harus ada dalam hidup seseorang. Agar terjadi keseimbangan dalam jiwa dan raga. Katakata itu tertulis begitu saja, tanpa ada maksud menggurui atau menasehati. Tapi, setelah dibaca ulang tulisan dan komentarnya, saya kembali berpikir, koq bisa pas yah?

Hmm..terkadang memang pada saat menulis, secara tidak sadar kita berada dalam sebuah alam tersendiri yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Justru pada saat itulah semua kata tertuang dan menjadi sebuah rangkaian aksara indah.

Persaingan yang merebutkan seorang perempuan adalah salah satu hal aneh. Yang membuat saya tidak habis pikir. Apa yang membuat para lelaki itu bisa adu urat dan darah dalam memperebutkan seorang perempuan? Apakah ego yang terpuaskan itu bisa membahagiakan hidup selanjutnya? Hubungan selanjutnya? Apakah darah yang tumpah bisa menyenangkan? Apakah balas dendam itu indah?

Keluh

Saya tidak pernah mengerti sama sekali sisi yang satu ini. Entah dari lelaki atau perempuan. Bagi saya lebih baik mundur teratur dan berpikir yang terbaik bagi kebahagiaan orang lain. Saya hadir di dunia ini salah satunya adalah untuk membahagiakan orang lain. Tapi, dengan membahagiakan diri sendiri lebih dulu tentunya. Jika diri sendiri saja tidak bahagia, bagaimana bisa menularkan rasa bahagia pada orang lain?

Bohong. Jika ada yang bilang ‘aku hanya ingin kamu bahagia’ tapi orang yang berkata seperti itu malah tidak bahagia. Itu bukan bahagia namanya.

Suatu malam diantara kepulan asap rokok dan obrolan antar teman yang sedang gundah. Saya teringat ucapan seorang teman, bahwa dalam sebuah hubungan itu tidak ada yang namanya take and give. Yang ada hanya memberi, only to give. Jika pada saat kau merasa harus meminta kembali apa yang kau berikan. Itu bukan lagi sayang atau kasih. Namun, pamrih.

Untuk sesaat teman saya terbengong dan meminta saya mengulangi lagi teori itu.

Semoga teman saya bisa menghayati dan menerima apapun yang kami obrolkan malam itu. Karena saya juga belajar banyak mendengarkan orang bicara, sekali lagi. Walau saya sudah dilarang untuk tidak mendengarkan curhat yang negatif, karena akan menguras energi. Tapi, saya tidak dapat menolak yang namanya obrolan antar teman. Hanya saja, pada saat kita merasa luar biasa bahagia maka tidak akan ada energi negatif yang dapat menguras yang kita rasakan. Malah kita akan membuat nyaman orang di sekeliling kita.

Ini adalah ocehan yang tertahan sejak minggu lalu. Di antara kesibukan yang mendadak. Dengan adanya acara SUPER SPECIAL di seluruh METRO DEPARTEMEN STORE sepanjang akhir minggu kemarin, membuat saya harus bekerja tanpa libur hingga hari ini. sad

Sepertinya saya memang harus cuti. Temanteman ada yang berencana pergi ke Yogya dalam waktu dekat, sebelum mereka masuk kuliah. Lucu juga mungkin berangkat bersama para ABG ke Yogya. biggrin Waktu yang diminta oleh mereka sepertinya tidak memungkinkan saya untuk berangkat. Tapi, jika kepala dan hati sudah tidak dapat lagi di ajak kompromi. Sepertinya bagaimana pun saya HARUS liburan. lol

Dan satu hal yang paling mudah untuk mengusir penat ini sebenarnya adalah menulis SEPUASNYA, hingga mandi peluh dan tulang jemari berderik kaku!

ATAU

Bercinta SEPUASNYA hingga peluh mengucur dan tulang berderik kaku...

Ugh!

Seandainya saja…redface

[1 Juli 2008]

Share:

9 comments

  1. Menurutku.. sebuah hubungan hrs ada 'take n give', biar gak jomplang n bisa langgeng. Maksud 'take n give' disini dlm artian saling pengertian, menghargai, perhatian, cinta, dll (yg bagus2 deh pokoknya, hayah). Seperti: kalo pasangan kita ngasih perhatian, secara kesadaran dong... kitapun bales perhatiannya. Bukan begitu? bukan...

    Jadi, bercintalah sampe puas (lho koq?), kikik.

    BalasHapus
  2. take n give itu ada bukan sebuah keharusan dan diminta.Tapi adalah naluriah. Tapi, bagi pasangan yang mau memberi, dia tidak bisa berharap lebih untuk meminta apa yang disudah kasih.

    Karena seketika dia berharap, dia sudah pamrih.

    hehe..susah untuk dimengerti tapi begitulah :D

    kapan ngebir? hueheuheu...

    BalasHapus
  3. Terus terang aku terganggu dengan ending ini:
    Dan satu hal yang paling mudah untuk mengusir penat ini sebenarnya adalah bercinta SEPUASNYA, hingga mandi peluh dan tulang berderik serta melenguh nikmat!

    Mengapa paparan yang alurnya mendayu-dayu mendadak disentak dengan 'rem angin' BERCINTA yang merusak visi yang dikembangkan sejak kalimat pertama?

    Dengan demikian, tulisan itu menjadi nisbi, bias, dan berkurang secara keteladanan!

    AH!

    BalasHapus
  4. Yo wes, my dear editor,
    endingnya dah ta' ubah...
    semoga sekarang tidak lagi mengganggumu :)

    BalasHapus
  5. Blom ada setengah jam, ending itu telah berganti dengan sesuatu yang dahsyat dan tak terduga.

    Yang ini lebih enak dibaca dan sangat menghanyutkan. Congratulation, dek!

    BalasHapus
  6. waahh...akhirnya! Bisa mendapatkan nilai bagus dari sang Editor kesayangan...

    fuuhh...lega napas saya. Terimakasih juga, Mas! :)

    *menari senang*

    BalasHapus
  7. memang indahnya begitu, kita memberi tanpa mengharapkan apa2 sebagai gantinya.
    tapi..sangat berat melakukanya :)
    wah..disini ada editornya ya hehe..:P

    BalasHapus
  8. @Pucca,
    begitulah! hehehe...
    Ada editor jadi bisa beneran belajar menulis setiap hari..

    makasih dah mampir yah, say! :)

    BalasHapus
  9. Terus terang saya juga KECEWA, setelah tau ada apa dibalik komentar tidak sukanya akhir tulisan yang terlalu gamblang dituliskan, hanya karena masalah jenis kelamin.

    Halah..

    Jaman sekarang klo menulis ajah malu-mau dan mesti mikir apa yang diomongin sama orang gak akan jadi tulisan atau curhat apapun itu...

    saya kecewa sekali.

    Oleh sebab itu akhir tulisan ini saya edit dan ditambahkan sesuai dengan apa yang saya inginkan sebelumnya.

    BalasHapus