SAAT SENJA TERKIKIS MALAM

Sudah sejak lama aku pindah di gedung baru ini, tidak dapat lagi menikmati perempuan senja yang selalu menjadi pelega rasa jenuh harian menjelang sore. Entah dimana dia sekarang. Masihkah dia termangu di boulevard itu setiap senja? Sudah hampir 2 bulan, sejak terakhir kulihat senyum manisnya.

Terus terang aku merindukan sosoknya. Kepulan asap rokok yang dihisapnya, membuatku pernah berharap bisa menjadi rokok-rokok itu. Aku ingin dihisapnya. Hingga lepas jiwa ini dari raga pun aku rela. Entah sejak kapan, rasa ini begitu membuncah. Namun, seiring berjalannya waktu, dan kesibukan yang menjerat. Aku terlupa. Pada sosoknya, pada senyumnya dan juga pada rasa yang ada dalam hatiku.

Pada senja kali ini, aku kembali teringat akan rasa waktu itu. Ada apakah gerangan? Bahagiakah dirimu, perempuan? Terus terang detik ini aku merindukan tawa manismu. Pernahkah kamu merasakan rasa rindu yang tak terperikan? Aku hanyalah Pria Angin yang hanya bisa berlalu dihadapanmu. Maaf, jika saat itu aku pernah memberikan asa pada sosokmu. Walau hanya sesaat, aku pun ingin sekali merengkuhmu dan tidak kulepaskan lagi. Even only for one night with you. I’m sure its going to be an unforgettable moment.

Sekarang di tempat ini, sepi. Tidak ada lagi pemandangan seperti waktu lalu. Dinding kaca tempatku melamunkan dirimu dan menatapmu dikejauhan sudah digantikan dengan tembok dinding yang dingin. Sedingin angin buatan yang tertiup mesin pendingin. Tapi, tahukah kau? Sedingin apapun hawa yang tercipta, tak mampu kalahkan dingin malam alami yang tercipta, setelah sore itu kita bertemu. Malam itu kota ini diguyur hujan dengan lebat. Guntur meraung dan kilat berteriak bergema di seluruh jagat raya.

Ternyata hujan itu adalah pertanda. Karena esok hari aku mendengar kabar bahwa kantor ini akan dipindahkan ke gedung yang baru. Maaf, perempuan senja. Jika masih ada sumur di ladang tandus, maka kita PASTI akan bertemu kembali. Jangan lupakan aku, karena hingga saat ini sosokmu tetap terpatri dalam memoriku. Hangat genggaman tanganmu, senyum manis yang tersungging.

Ahhh! Aku merindukanmu. Sial!

Malam ini, hujan kembali mengguyur. Membuatku melamun akan dirimu. Teringat kembali akan sore pertemuan kita. Kepulan asap rokok tidak mampu mengusir ingatan akanmu. Tidak untuk malam ini, sepertinya. Bayanganmu hadir begitu lekat dalam benakku. Sepertinya aku kembali meretas dalam dingin malam. Hanya bayanganmu dan ingatan akan suara tawamu, menggema dan menusuk hingga sanubari terdalam. Rasa itu lebih dasyat dibandingkan udara dingin yang terbawa angin malam.

‘Maaf, Pak. Sudah mau saya kunci’ seorang juru kunci datang mengganggu lamunanku.

‘Oh, silakan duluan, Pak. Saya punya kunci. Masih ada yang harus saya kerjakan’ ujarku padanya.

‘Baiklah. Selamat malam, Pak!’

‘Malam’ balasku

Kembali kutatap meja kerjaku dan layar monitor dihadapanku. Tiba-tiba keinginan untuk tetap dikantor ini lenyap. Hilang bersama berlalunya sang juru kunci tadi. Ingin rasanya memanggilnya kembali. tapi, sudahlah. Sepertinya dia lebih butuh pulang untuk istirahat ditengah hujan badai ini, dibandingkan diriku yang tiba-tiba lelah karena hadirnya ingatan akan seorang perempuan di suatu senja yang indah.

***

Jangan berhenti mencintaiku,
Meski mentari berhenti bersinar,
Jangan berubah sedikit pun,

Di dalam cintamu, kutemukan bahagia..

- Jangan Berhenti Mencintaiku - Titi Dj -


Share:

5 comments

  1. senja.. senja..
    dimanakah gerangan dirimu..

    ckckckckc...
    lagune.. iku lho.. gak nguat-nguati..
    bajingannnnnnn!!!!

    BalasHapus
  2. walah,,cerpen ya,, salut deh, sy dari dulu bikin cerpen gagal melulu..

    BalasHapus
  3. @Jongki
    Memang sengaja koq! hehehe...:D

    @ambularo
    menulislah terus :)
    pasti bisa koq!

    BalasHapus
  4. Bingung aku, yg nulis perempuan, tapi di dalam cerita tokoh utamanya laki-laki.

    Apa aku yang telah pikun yak?

    BalasHapus
  5. emang gak boleh yah? :p
    boleh dong...

    :)

    BalasHapus