WHEN I REALIZE, HE'S NOT JUST INTO ME

Saat saya menuliskan ini, rasanya seperti baru tersadar dari mimpi buruk. Saat terbangun dari kenyataan, bahwa apa yang selama ini saya alami adalah mimpi belaka. Rasanya, tidak dapat diterima sama sekali oleh akal sehat saya. Sudah berulang kali mencoba untuk menarik napas, agar beban hati dan pikiran tidak terlalu penuh, oleh rasa yang aneh ini. Tapi, tetap tidak bisa. Hanya dengan menuliskan ini, dan menuangkannya disini, mungkin bisa sedikit mengurangi beban hati.

Semuanya hanya garagara, artikel yang tidak perlu dibaca, sebenarnya. Namun, entah mengapa, akhirnya memang harus dibaca juga, mungkin agar saya bisa memastikan lagi, perasaan yang selama ini menggantung. Sudah ada pertanda, namun selalu dianggap tiada, karena masih belum mau menerima kenyataan.

Nuf said!

Sudah tau, kirakira saya bicara tentang apa? Ya masalah hati lah! Masa perlu diperjelas lagi sih?
Terus terang, saya merasa saya sudah jatuh cinta dengannya, bertahun lalu. Namun, karena masalah dengan jarak, maka dirasa tidak perlu untuk diperpanjang. Kemudian, sejak tahun lalu, entah mengapa kami jadi 'dekat' kembali, dengan adanya perangkat komunikasi yang sudah semakin canggih sekarang ini, jadinya lebih mudah untuk berkomunikasi. Akan tetapi, karena ini pula saya akhirnya semakin sadar, bahwa saya tidak ada dalam 'hidupnya', saya hanya sebagai pengagum no.1 bagi dirinya.

Kenyataan ini, sedikit susah diterima oleh akal sehat saya. Karena saya harus mengubah kebiasaan saya yang sudah hampir setiap hari dilakukan, yaitu mengirimkan pesan padanya, yang sepertinya harus dihentikan. Masih sampai sekarang pun, saya tidak bisa terima kalau, dia memang tidak tertarik dengan saya. Banyak sekali pertanyaan, kenapa? Mengapa? Apa benar? Apa perlu saya tanyakan? Menulis pesan padanya itu sudah seperti adiksi bagi saya. Apa yang harus saya lakukan? Bagaimana caranya saya mengalihkan rasa ini?

Saya tau, suatu saat rasa ini akan kembali normal kembali, namun saat ini adalah penting. Masa peralihan dari peduli menjadi tidak peduli, itu adalah proses yang tidak mudah dijalani. Harus ada sesuatu yang bisa dijadikan obyek, sehingga tidak menjadikan proses ini menjadi sesuatu yang pedih dan sedih. Yang pasti, sesibuk apapun saya, dengan kerjaan dan dengan suasana kantor yang sekarang memang sibuk, tapi tetap saja. Tidak ada satu hal pun yang bisa buat saya tidak memikirkan dia, kecuali saya sedang tidur.

Lalu saya harus bagaimana, sekarang?




Nikmatilah dan rasakan saja, rasa itu




Share:

2 comments

  1. terkadang, "rasa seperti itu" menjadi kenikmatan tersendiri. toh, banyak orang yang memilih untuk merasakan kepedihan itu. semacam dicari. pedih, sedih kan hanya bagaimana kita menyikapinya.

    piss ahhh...

    BalasHapus
  2. @sofian,
    waakss baru sadar ternyata kamu berkomentar disini!!

    BalasHapus