UNFAITHFUL, ARE YOU?

Telepon yang tidak biasa, dan juga sikap yang tidak biasa. Aneh sekali teman saya ini. Tapi, sebagai seorang teman, saya hanya bisa ada untuk dirinya. Bahu untuk menangis dan kuping untuk mendengar, sudah cukup bagi dia yang tidak biasa untuk bicara blakblakan tentang hidup pribadinya.

Oleh sebab itu, sekarang adalah sejarah yang tak dapat saya lewatkan.

‘Lu kenapa emangnya? Telepon koq aneh gitu sih?’

Dia hanya duduk diam dihadapan saya, terasa sekali kegelisahan dari bahasa tubuhnya. Tempat duduk yang seperti ada bara api menyulut bokongnya, sehingga merasa panas sehingga tidak bisa duduk diam dengan santai.

Kopi dihadapannya masih mengepul, tak tersentuh.

Saya pandangi lagi wajah gelisahnya, tidak berani sekali pun dia menatap saya. Kali ini, saya tau bahwa apapun yang akan dia bicarakan, serius. Entah masalah atau memang berita.

‘Hmm…susah. Gue gak tau mulai dari mana Mei’

‘Mulai dari awal atau dari pertama?’ Saya menimpali dengan canda.

Dia hanya memberikan wajah anehnya, sehingga membuat saya tertawa.

‘Gila yah! Gue gak pernah liat lu kayak gini. Gue jadi bingung sendiri sekarang, mo mulai mancing ngobrol dari mana. Emang soal apa sih? Pacar lu selingkuh? Brantem? Mau pinjem uang? Apa dong?’

Semua dugaan saya ditepisnya dengan gelengan. Saya kembali menarik napas panjang.

‘Terus kalau bukan itu semua apa dong? Dilamar? Mau nikah tahun ini? Dapet undian? Lu selingkuh?’

Saya mulai memberikan pilihan aneh sambil bercanda kembali, tapi pada kalimat terakhir dia bereaksi. Lalu, saya mulai membelalakkan mata, tak percaya.

‘OOOO…jangan bilang! Aarggh…gila lu? Serius?

Dia tak mampu berkata apapun, jika dugaan saya benar. Dia memang sedang selingkuh. Kami sudah jarang bertemu dan saling cerita. Dulu, selalu ada saat genting atau pertemuan yang diatur untuk sekedar menceritakan kesibukan masingmasing. Pertemuan kali ini, sepertinya dia memilih saya untuk bisa dipercaya.

Saya bukan orang yang bisa menahan emosi, mengenai cerita tentang perasaan seperti ini. Terutama ketika orang yang saya pedulikan melakukan sesuatu yang –memang- menurut –sebagian- besar orang- salah. Tapi, saya tidak dalam posisi menghakimi tindakannya. Saya memang selalu dalam posisi teman yang selalu merasa bahagia jika temannya juga bahagia. Temanteman lain, pernah bilang bahwa sikap saya ini tidak bagus, karena terkesan memberi dukungan pada tindakan yang sedang dilakukannya – entah sapa pun itu –

Itu memang sudah sifat saya, tidak bisa diubah hanya dengan pendapat kebanyakan orang. Apapun yang dilakukan oleh seorang teman baik, pasti ada maksudnya. Jika harus terjadi agar bisa menguatkan hubungan mereka ke tingkat yang lebih tinggi, maka saya akan sangat bersyukur. Namun, jika harus selesai pada taraf ini, maka memang hanya sampai segitulah.

Saya selalu percaya apapun yang terjadi, jangan pernah disesali. Yang sudah terjadi, tidak dapat diubah lagi. Bagaimana pun caranya meminta maaf dengan sembah sujud dan linangan airmata. Tidak akan mengubah yang sudah terjadi. Hanya saja, maafkanlah diri sendiri. Bukan dengan cara meminta maaf dengan orang yang sudah dikhianati, tapi berkacalah dan berpikir, apakah pantas orang yang kau bilang, kau cintai tapi kau khianati dengan mencoba cinta lain yang hanya datang untuk sementara?

Tapi, sementara atau bukan, saya juga tak pernah tahu. Semoga saja dia bisa memilih mana yang terbaik.

Berbahagialah dengan pilihanmu, apapun keputusan yang kau ambil, itulah terbaik yang sudah kau pilih. Jadi jangan ragu lagi. Selama hati tidak pernah berontak dan selama kau berbahagia, jalanilah. Apapun itu. Saya akan selalu ada untuk mendengarkan kisahmu selanjutnya.

Terimakasih atas curahan hati yang tidak biasa kau ceritakan, dan terimakasih sudah mempercayai saya sebagai pendengar setiamu. Saya percaya yang terbaik akan hadir dalam hidupmu.

Percaya yah? :)

Perlahan dari café, sebelah terdengar lagu dari Tangga, sepertinya pas sekali dengan topik sore ini,

Ku tak bisa terima…
Bila terus tak setia…
Menghianati dia…
Menduakan cinta…

Ternyata hatiku benar
Cintamu hanyalah sekedar tuk sementara
Akhirnya kita harus memilih satu yang pasti
Mana mungkin terus jalani cinta begini..*




Lirik Tangga - Cinta Begini

Gambar diambil dari sini

Share:

7 comments

  1. Asssuuuuuuu!!! sengojo yo mbak??
    huekekekeke...
    matur nuwun ya mbak!!

    kowe pancen ngangeni tenan..

    BalasHapus
  2. huahahahaha...dasar wartawan kampung, gelo! Piye to, Mas? Tersindir yo? hahah...obatnya blum diminum yah? Jadi gila lagi? ck..ck..

    BalasHapus
  3. weh weh weh, si sopian blue selingkuh tho mbak?
    hmmmm pancen arek iku, ga mari-mari.... wekekeke

    BalasHapus
  4. hmmm, kupikir temen itu ya spt itu mbak. ada ketika kita or dy butuh, bahagia ketika dy bahagia, memperingatkan ketika dy salah, tp tetep membiarkan dy berjalan pd pilihannya. kyknya sih g beda2 bgt ma pcran ya?

    lam knl jg mbak

    BalasHapus
  5. @fian

    Tolong ya!!! tolong kalau bicara yang sesuai fakta ya...
    *jepret sisan kowe

    BalasHapus
  6. @fiandigital
    pdhl aku gak bilang cerita itu tentang dia loh, mas :)

    @sesy
    Yup, temen yang baik memang harus begitu :)

    BalasHapus
  7. @Samirun
    *lempar sandal*
    jangan brantem disini!
    Hormati tamuku...

    bwaahaha..toh sudah pernah kubilang kan, blue? Tentang komentarmu itu...kekekek...
    mau diralat? hohoho...tak mau, tak mau, tak mau...

    rasain! :D

    BalasHapus