ME AND MY CUPCAKE!

Sebenernya edisi tulisan kali ini *syaahh* ingin mengucapkan selamat ulang tahun buat sahabat, adik, ‘anak angkat’ juga teman-ketemu-gak-sengaja yang sedang berbahagia. Merayakan hari kelahirannya.

Semoga dengan hari ini kamu bisa semakin disayang dan menyayangi semua orang yang membahagiakan kamu. Bisa sukses mendapatkan PSP yang kamu mau, bisa dapetin semua keinginan yang tertunda. Bisa bahagia sampai nanti sampai mati sama si Cupu tercinta hohoho…

*hiks kenapa terharu yah?*

Udah lama banget, Cupcake. Aku tidak menulis yang didedikasikan untuk orang lain. Mungkin seiring dengan menuliskan ini semua hal yang berhubungan dengan kamu dari awal kita kenalan sampai detik kamu membaca ini SEMUANYA aku syukuri. Kamu datang tibatiba dan memberi warna dalam kehidupan semua orang di sekeliling kamu dengan segala kepolosan dan tawa yang menulari semua orang yang mendekatimu. Terimakasih sudah hadir membawa segala keceriaan dan candamu dalam lingkaran hidupku yah, My dear Cupcake!

Sayang kamu, selalu
No matter what!

Have an AWESOME life and birthday! YEAH!


Self-note:
Woaaahh…it’s a very emotional writing and I guess its good so the PMS will soon ended.
Plssss…lets get done with it!

==========

‘Lu tuh ribet banged sih?’

Seorang teman berkata seperti itu. Hanya karena saya bertanya tentang sesuatu yang memang seharusnya sudah saya ketahui jawabannya. Terkadang yang namanya manusia, memang perlu dukungan dari orang lain untuk meyakinkan tujuan yang ingin dia capai. Padahal semuanya tergantung pada dirinya sendiri. Tidak perlu orang lain untuk memastikan lagi. Toh, yang punya mimpi atau keinginan itu dirinya sendiri. Hanya perlu semangat membara untuk mencapai keinginan itu yang terkadang memang ada sebagian orang yang perlu untuk disemangati seperti itu.

Saya merasa bahwa saya adalah salah satu dari sebagian besar orangorang itu. Entah mengapa ada ketakutan tersendiri sepertinya. Teman saya itu mengajarkan saya untuk bisa memaafkan masa lalu. Lagilagi hal ini sudah pernah dipelajari bersama, hanya kemajuan yang terlihat dalam dirinya jauh lebih pesat daripada saya. Mengapa? Jika saya bertanya seperti itu padanya, jawabannya pasti ‘Kenapa gak tanya sama diri loe sendiri?’

Karena ketika kita berdiskusi pada akhirnya, semua jawaban yang keluar dari mulut saya memang yang sudah seharusnya saya lakukan sendiri, tanpa perlu lagi meminta orang lain untuk meyakinkan saya. Biasanya teman saya hanya akan tertawa dan berkata, ‘Lu tuh sebenernya dah tau apa yang mesti dilakuin, tapi lu-nya ajah masih juga gak mo majumaju. Mending lu ‘beresin’ dulu halhal yang mengganggu dan menahan lu untuk bisa maju dan gak membiarkan pikiran lu ngalir dengan santai. Baru nanti diskusi lagi.’

Saya hanya bisa menarik napas.

Memulai segala sesuatu dari awal lagi. Saya sudah berusaha, tapi sepertinya masih kurang dan harus ditingkatkan lagi usahanya. Karena terus terang saya lemah dengan segala kenyamanan yang sudah diberikan sama si baikhati, sehingga membuat waktu untuk diri sendiri jadi berkurang. Saking begitu nyaman bersama dirinya. *mwah!*

Kalimat ini bukan berarti saya menyalahkan kehadiran dia loh! Sama sekali bukan! :)
Melainkan malah mengingatkan saya untuk dapat memanjakan diri sendiri, bukan karena dimanja oleh orang lain. Kebiasaan yang sudah sering terjadi karena membuat bahagia orang, tanpa memikirkan kebahagiaan sendiri itu sudah terbiasa saya jalani.

Sekarang dengan adanya 'peringatan' dari dalam diri sendiri yang ternyata, memiliki waktu sendiri itu cukup penting bagi kesehatan jiwa, maka sepertinya saya harus mulai memanjakan diri saya lagi.

Semoga bisa segera terealisasi! :)

Share:

0 comments