THE SKY UNDERNEATH


Karena angkasa luas menjadi saksi bisu diantara kita. Dihadapkan pada kenyataan yang haus; aku pun bertekuk lutut dihadapanmu. Tanpa berpikir dan menolak aku mencair dalam manismu. Aku mengira awalnya hanyalah jemu yang tertunda, namun yang terjadi ternyata berbeda. 

Ku coba memeluk resahmu dalam hangat selimut senja. Ku coba curi kecup mu dalam sebuah jeda percakapan antah berantah. Ku coba pertanyakan hati yang meradang jawaban. Namun, tak kunjung tiba. 

Aku terdiam dalam ruang hampa tanpa kasih.

Berusaha untuk tetap berpura tidak merasakan kekosongan tersebut. Karena aku masih melihat sinar dimatamu dan merdu suara tawamu termasuk jemari hangat yang tergenggam. 

Apakah ada artinya semua ini bagimu? Atau hanya sebuah kenyataan dalam mimpi yang sebentar lagi akan lenyap bersama waktu? 

Lalu, bagaimana dengan kisah kita? Mungkinkah ceritanya akan berubah atau akan tetap seperti ini hingga saatnya nanti? 

Mampukah kau memberikan sedikit saja kepastian akan kehangatan senyum tersungging di setiap pertemuan kita? 

Aku terlanjur hanyut ke dalam relungmu.

The white noise from the car silenced everything, it's just our heavy breath in silence trying to find some more air. I can't say anything because of your touch intoxicated me. You can lie your way out of me, but I believe you feel what you're supposed to feel towards me. You're definitely my partner in crime.




(Angkasa, 23 Juli 2018, 04.33 WIB)








Share:

0 comments