HAPPY KARTINI'S DAY, LADIES!



Selamat hari Kartini buat para perempuan Indonesia!

Terimakasih kepada Ibu Kartini yang sudah memperjuangkan hak asasi kami sebagai perempuan mandiri dan bertanggung jawab kepada keluarga, bangsa dan negara...*syaah keren dah!*

Dapet dari milis, untuk memperingati hari ini, gue nyoba posting tulisan dibawah...hueheueu...tapi untuk kepastiannya belum tentu kali yee, perlu di cek ke para lelaki negh sepertinya...

Ada yang mo komentar, para lelaki?
hehehe...
===================================

Kala Lelaki mengirimkan sms ke kamu lebih dari sekali setiap harinya walau hanya utk mengucapkan met lunch, tandanya dia ada perhatian sama kamu..
>> karena: lelaki jarang melakukan hal itu kalau hanya karena iseng atau gak ada kerjaan.

Kala Lelaki menelponmu tanpa sebab dan hanya bilang: "cuma pengen denger suara kamu aja..", tandanya dia suka sama kamu tapi malu utk memulai..
>> karena: Lelaki sadar bahwa dia lah yang harus membuat first moved tapi takut keliatan banget kalo dia naksir abis sama kamu..

Kala Lelaki terdiam setelah pertengkaran panjang, tandanya dia sudah lelah dan ingin pertengkaran ini berakhir..
>> karena: Pada prinsipnya, lelaki gak suka berlama² bertengkar mulut, kecuali dia banci. Cukup 3 kalimat awal pertengkaran kalian, dia sdh mengerti sebab kemarahan kamu..

Kala Lelaki memegang tanganmu atau membelai rambutmu setelah pertengkaran, tandanya dia merasa bersalah telah membuatmu marah..
>> karena: Lelaki yang benar² sayang sama kamu, gak akan tega liat kamu menangis, apalagi gara² dia…

Kala Lelaki bersandar dibahumu dan memintamu membelai rambutnya, tandanya kamu adalah satu²nya wanita yg dia cinta sebesar cintanya kepada ibunya..
>> karena: Lelaki pantang terlihat lemah/manja apalagi dihadapan wanita. Kalau dia sampai melakukan itu padamu, tandanya dia merasa nyaman dan yakin "pride"nya gak akan berkurang jika melakukan itu pada dirimu…

Kala Lelaki mengatakan "apa sih yang ngga utk kamu?" ada dua kemungkinan, dia bener² suka sama kamu atau dia playboy sejati.
>> karena: Lelaki ingin sang wanita pujaan tahu, kalau dia siap memberikan waktu hanya utknya. Kalau tipe playboy, biasanya dibelakang kata² itu dibarengi pujian² gak jelas maksudnya.

Kala Lelaki menangis dihadapanmu, tandanya dia benar² sayang sama kamu.
>>karena: Kodrat Lelaki adalah pantang utk menangis. Jika ia menangis, hanya ada satu kata: Dia cinta kamu

Kala Lelaki sering melanggar aturan² yang kamu buat,tandanya dia gak nyaman dikendalikan sama kamu.
>> karena: Lelaki tahu apa yg benar dan salah dan hanya butuh diarahkan, bukan dilarang. Semakin dilarang, semakin langgarnya.

Kala Lelaki cemburu, ada empat kemungkinan inti:
1. Dia bener sayang sama kamu dan takut kehilangan kamu
2. Dia tipe posesif dan menguasai
3. Dia selingkuh dan gak mau di"saingi"
4. Dia punya trauma dalam yg mungkin gak pernah diceritakannya kepadamu..

Kala Lelaki diam membisu, tandanya dia benar² marah sama kamu.
>> karena: Lelaki selama masih "ngoceh" tandanya masih " ½ marah", tapi kalau sdh diam, siap² saja akan kemungkinan terburuk bagi hubungan kalian kalau kalian tidak aware.

Kala Lelaki bercerita masa lalunya yang buruk, tandanya dia memberitahu kamu agar jangan melakukan hal yang sama.
>> karena: Lelaki adalah mahluk traumatik dan parno. Cukup kalian berkata: "aku gak akan melakukan hal sebodoh itu" sekali saja, dan dia tidak akan pernah bercerita hal itu lagi.

Kala Lelaki menghilang tiba dari "peredaran", tandanya dia ingin menjauh dari kamu karena satu dan lain hal.
>> karena: Lelaki kadang gak tega utk meninggalkan kalian, kadang krn hal² yg kalian sendiri gak sadar. Kejar dia dan tanyakan sebabnya kenapa. Kalau dia gak jawab, berarti dia pengecut dan pantas ditinggalkan.

Kala Lelaki menatap dalam² ke matamu, dia sedang mencari² jawab, apakah kalian benar2 cinta kepadanya atau hanya sebatas apakah?
>> karena: hampir setiap Lelaki merasa unsecured dalam hubungannya, mungkin traumatik atau karena pengaruh lingkungan sekitarnya.

Jadi kesimpulannya, para wanita sebenarnya lebih tegar dan kuat daripada para lelaki yang hanya keras diluar, tapi lembut dan rentan didalam. Itulah rahasia terdalam para Lelaki, mudah²an berguna bagi para wanita...

Share:

2 comments

  1. *Raden Ajeng dan Yu Ngasirah*

    A. Suryana Sudrajat

    Kartini menikah dengan Djojoadiningrat, yang sudah punya tiga istri dan
    tujuh anak. Bahkan putri tertua suaminya hanya terpaut delapan tahun dari
    sang Raden Ajeng itu. Perkawinan yang berlangsung pada 8 November 1903 itu
    praktis menyudahi perlawanannya terhadap praktek poligami di masyarakat
    Jawa. Setelah diboyong ke Rembang menjadi raden ayu di kabupaten, Kartini
    tidak lagi bicara soal kedudukan perempuan atau menyerang poligami, bahkan
    juga cita-citanya mengenai pendidikan. Sangat boleh jadi ia sudah berdamai
    dengan lingkungannya. Ini memang aneh: seorang pemberontak bisa menjadi
    begitu lentuk.

    Padahal, bagi Kartini, poligami adalah aib dan dosa karena memperlakukan
    wanita sewenang-wenang. Itulah serangan-serangannya terhadap praktek
    tersebut yang amat tajam dan cenderung emosional. "Bagaimana saya bisa
    menghormati seseorang yang sudah kawin dan menjadi ayah dan kemudian, bila
    bosan pada anak-anaknya, ia dapat membawa perempuan lain ke rumah dan
    mengawininya secara sah sesuai dengan hukum Islam?" tulis Kartini kepada
    Stella Zeehandelaar. Menurut dia, meskipun hal itu seribu kali tidak
    disebut dosa dalam pandangan Islam, selama-lamanya dia tetap menganggapnya
    begitu. "Dan dapatkah kamu membayangkan siksaan yang harus diderita seorang
    perempuan jika suaminya pulang bersama perempuan lain, pesaingnya, dan
    harus diakuinya sebagai istrinya yang sah?"

    Awalnya adalah Ngasirah. Dia yang melahirkan Kartini pada 21 April 1879.
    Waktu itu ayah Kartini, Sosroningrat, masih wedana. Tapi ketika diangkat
    jadi bupati, ia menikah dengan Raden Ajeng Moerjam, keturunan bangsawan
    Madura. Moerjam-lah yang kemudian menjadi raden ayu Bupati Jepara, bukan
    Ngasirah yang telah melahirkan delapan anak. Ngasirah, anak kiai yang
    pedagang kopra dari Desa Mayong, Jepara, tergusur. Dia hanya seorang selir
    dan tidak berhak tinggal di rumah utama kabupaten. Ia harus memanggil
    anak-anaknya sendiri ndoro (majikan), sementara mereka memanggil dirinya yu
    (panggilan untuk orang kebanyakan atau kakak perempuan). Bahkan Ngasirah
    masih harus merangkak-rangkak dan membungkuk-bungkuk di depan
    putra-putrinya sendiri.

    Menurut Kardinah, adik Kartini, yang juga dipaksa kawin dengan seorang
    patih yang sudah beristri dan punya anak, Kartini tidak malu mengaku ibunya
    dari rakyat biasa. Tapi yang disebut Kardinah itu meragukan. Sebab, meski
    tidak malu, Kartini sama sekali bungkam mengenai itu. Misalnya ketika ada
    yang mencoba menanyakannya. Ia juga tidak pernah menuturkan ihwal ibunya
    yang tragis itu dalam surat-suratnya. Malahan J.H. Abendanon, yang
    menerbitkan Door Duisternis tot Licht atawa Habis Gelap Terbitlah Terang,
    tidak menyebut jelas siapa ibu Kartini, selain tidak mengatakan apa-apa
    tentang kehidupan rumah tangga Sosroningrat. Persoalan ibu kandung Kartini
    baru muncul setelah pada 1954 H. Boumen menyebutnya secara eksplisit.

    Kritik Kartini kepada Islam yang mendukung poligami memang keras. Ia juga
    sempat meminta fatwa kepada Snouck Hurgronje, via Abendanon, tentang hak
    dan kewajiban perempuan dan anak perempuan dalam hukum Islam. Sebulan
    kemudian dia mendapat jawaban: "perempuan di Jawa dalam soal perkawinan
    baik-baik saja adanya." Ia kecewa "orang besar" itu telah menentang
    perjuangannya. "Masih adakah orang yang dengan tenang mengatakan bahwa
    'keadaan mereka baik-baik saja' kalau mereka melihat dan mengetahui
    semuanya yang telah kami lihat dan alami?" tulis Kartini kepada Abendanon.
    Kartini tak tahu bahwa Snouck, yang sewaktu bermukim di Mekah bernama Abdul
    Ghaffar, bukanlah "teladan" dalam perkara yang satu ini. Orientalis itu
    kawin dua kali dengan gadis pribumi yang baru 13 dan 17 tahun, yang tidak
    diakuinya di depan hukum Belanda. Keturunannya kini bermukim di Bandung.

    Kartini sering merasa sendiri dan putus asa soal poligami. "Saya tidak mau.
    Mulutku menjerit, hatiku menggemakan jeritan itu ribuan kali." Baginya,
    beristri lebih dari satu itu adalah sebuah kejahatan raksasa dan biang
    keterpurukan perempuan Jawa. Dan bukan tatanan feodalistik masyarakat Jawa
    yang jadi biang keterpurukan perempuan yang sebenarnya.

    Kartini seperti tidak melihat sistem yang sebenarnya bertanggung jawab
    dalam menghinakan dan menindas perempuan itu, lebih-lebih perempuan
    kebanyakan seperti Ngasirah, ibunya. Ia punya keterbatasan untuk melihat
    bahwa poligami bisa tampak begitu menjijikkan justru karena ia menjadi
    bagian dari poligami, sistem yang Kartini sendiri cukup bahagia menjadi
    bagiannya. Toh, akhirnya dia sendiri menikah dengan jenis laki-laki yang
    tidak dihormatinya itu.

    Betulkah hanya karena tidak kuasa melawan? Di Rembang, ia tidak bicara
    tentang kedudukan wanita, tapi bersuara lantang dan bagus tentang rakyat
    yang miskin akibat pajak dan politik candu pemerintah. Ia malahan bangga
    menceritakan usaha suaminya memberantas candu, yang mendapat tentangan dari
    seorang anggota Dewan Hindia yang menyatakan bahwa pemerintah masih butuh
    uang. Pada 10 Agustus 1904 ia menulis kepada Ny. Abendanon: "Tengoklah,
    jadi bukannya rakyat yang tak mau berhenti mengisap candu, tapi pemerintah.
    Pahit, tapi benar, kutuk terhadap orang Jawa adalah suatu kekuatan hidup
    bagi pemerintah."

    Anehnya pula, kepada sahabat-sahabat Belanda-nya ia mengatakan hidupnya
    bahagia di tengah tiga selir (yang bernasib seperti Ngasirah, ibunya
    sendiri) dan tujuh anak mereka. Kebahagiaan, kalau benar, yang hanya
    sebentar dikecapnya. Ia wafat 17 September 1904, empat hari setelah
    melahirkan anak laki-laki.

    (Kolom Majalah Tempo, 17 April 2006)

    BalasHapus
  2. WEWWw...thanks banged dah mo mampir n sharing!

    BalasHapus