THE ENDING EPISODE

Tidak ada lagi kata yang perlu diucapkan. Saat aku menatap matamu, yang sedang bersimpuh dihadapanku. Semua impian perempuan didunia ini, sekarang sedang terjadi dalam hidupku.

Namun, entah mengapa, hatiku semakin tidak karuan. Aku hanya mampu untuk menahan napas seketika, kemudian berpikir apa yang harus aku lakukan? Akan tetapi, kamu sudah terlanjur menjejakkan lututmu, dan memendamnya dalam pasir putih.

Berbagai macam pikiran berputar dalam kepalaku. Otak yang tadinya cukup kreatif, seakan bekerjasama dengan alam bawah sadar untuk tidak berpikir bodoh. Banyak sekali peristiwa dalam film yang sudah pernah ditonton, dapat dipraktekkan dalam situasi seperti sekarang ini. namun rasanya semua hal tersebut tidak pas.

Dia masih belum berkata apapun, karena melihat reaksiku..

"April, maukah..."


Secara spontan, aku menutup mulutnya dan ikut berlutut dihadapannya. Kali ini kami benarbenar bersimpuh berhadapan dan hanya saling menatap kedalaman mata masing-masing. Mencari jawaban yang sesungguhnya dalam jendela jiwa yang begitu kelam.

Pelanpelan April pun, menurunkan tangannya dari mulut pria dihadapannya.  Kemudian, menatap lama sekali, dan dia berikan senyum termanis yang pernah dilihat oleh orang, hanya untuk pria ini.

"Aku mau..." katanya berbisik

Kemudian pria dihadapannya, tergelak hingga menjatuhkan tubuhnya dan bergulingan sehingga membuat baju dan celana khakis yang dipakainya penuh dengan pasir putih. Setelah mampu meredam tawanya, dia pun kembali bangkit dan mendapati April yang masih melihatnya dengan malu.

"Boleh gak kamu ulangi lagi jawaban yang tadi itu dengan lebih keras?" Ujarnya menggoda April

Kali ini tanpa malu, April mulai meluncurkan kepalankepalan kecilnya ke arah pria itu, entah hinggap dimana arahnya, asal bisa mengenai badan, tak masalah. Dan pria pun, kembali tertawa dan berlari.

katanya lagi, "memang aku mau bilang apa yah, tadi? kan belum dilanjutkan pertanyaannya, koq kamu sudah bilang mau sih?"


Kemudian kembali tertawa dan berlari, menghindar dari kejaran April dan kepalan tangan kecilnya.
Lalu, tibatiba berhenti mendadak dan memeluk April yang kaget, karena kejadian yang begitu tibatiba. Tidak ada lagi tawa, hanya desah napas yang menggebu karena habis berlari, dia menenangkan napasnya pada lekukan leher April. Kemudian, mengendorkan pelukannya, dan memutarkan badan April untuk melihat matahari yang hampir tenggelam, tanpa mengucapkan
sepatah kata pun.


Tangannya tetap menggenggam tangan April dan memeluk jemari mungil itu, erat-erat. Menarik napas panjang akan pemandangan senja itu...

...kemudian April mendengar dia berkata sambil berbisik..

"Aku akan mencintaimu bagaikan samudra luas ini, dan matahari yang tidak pernah lelah untuk terbit dan terbenam setiap hari, hingga saatnya nanti jiwa ini harus berpulang padaNya..."

April pun menoleh, dan melihat sisi wajah pria ini, sambil tersenyum penuh arti.

Share:

0 comments