PROLOG - RAINY HEART

People will forget what you said, people will forget what you did, but people will never forget how you made them feel. - Maya Angelou

November 2011

Musim hujan telah tiba. Setiap kali selalu mengingatkan akan dirinya. Hujan, selalu menjadi topik dari setiap perbincangan kita. Entah wangi alam sebelum hujan datang, atau jalan yang basah hingga kilat dan guntur yang menari diangkasa. Hal-hal itu selalu menjadi perbincangan yang tidak pernah habis.

Tapi, musim hujan kali ini datang dengan suasana yang berbeda.

April tidak sadar dia sudah berdiri cukup lama ditepi jalan itu. Melihat tetesan hujan yang tak kunjung reda. Beberapa angkutan umum sudah berganti pengemudi menawarkan untuk mengantarkannya ke tempat tujuan. Tapi, rasanya kaki malas sekali untuk melangkah, atau mungkin hati yang masih ingin menunggu.

Menghela napas panjang.

Isadora April, ayo semangatlah! Kamu pasti bisa bangkit kembali…

Kembali terdengar suara hatinya, yang tidak pernah lelah untuk membangunkannya dari kelelapan panjang.
Untuk kesekian kalinya sopir angkot pun menepikan kendaraannya. Seperti tersadar dari lamunan panjang, kali ini April mengambil kesempatan untuk naik. Di dalam angkot hanya ada dua orang penumpang lain, yang sepertinya tidak merasa nyaman dengan suasana diluar yang basah. Sedangkan April menikmati bunyi suara hujan yang menyentuh jendela dari dalam angkot.

Tidak sadar dia membuka sedikit jendela disampingnya, agar ada hawa dingin masuk. Dan titik-titik air mulai menerpa bagian lengan dan bahunya. Dingin. Rasanya merasuk hingga ke tulang.

“Kiri, Bang!” Salah seorang penumpang berteriak dan memberikan tanda ketukan untuk si sopir. Kendaraan pun berhenti sejenak ditepi jalan.

April kembali disadarkan dari lamunan, memberikan sedikit jalan bagi penumpang yang dibelakang untuk maju ke depan dan membayar. Kemudian April pun menutup jendela, konsentrasinya kembali ke jalan. Beberapa pertokoan disepanjang jalan ini, sudah dikenalnya. Sebentar lagi waktunya untuk turun.

Tapi, kenapa enggan sekali rasanya?

Rasa enggan yang berkepanjangan, tidak baik rasanya bagi kesehatan hati. Tapi, bagaimana caranya untuk bisa kembali semangat? Jika sepertinya apa pun yang dilakukan sekarang semuanya tak berarti. Hambar, seperti masakan tanpa bumbu. Beberapa malam lalu, ketika sedang memerlukan kontemplasi diri.

April bertanya pada Tuhan. Sepertinya ia bisa mendengarkan jawaban atas pertanyaannya, “Aku tahu apa yang kau inginkan bahkan sebelum kamu memintanya.” Lalu, April pun menanggapi. Namun, jawabNya adalah, “Aku tau semua keinginan anak-anakKu, tak terkecuali dirimu. Bersabarlah!” Kata kunci itu, membuat April diam seribu bahasa. Tak mampu lagi berkata apapun. Hanya mampu bersujud dan kembali menangis. Ampunilah hambaMu ini, Ya Tuhan…

“Depan kiri, Bang!” Tiba-tiba April tersadar bahwa angkot sudah melewati daerah lain. Sopir dengan mendadak menepikan kendaraannya, diiringi oleh bunyi klakson panjang membahana dibelakang.

“Maaf” Ucapnya pada sopir angkot, sekaligus memberikan ongkos. Sambil berlari April mencoba mencari tempat berlindung. Huffff…basah deh! Kemudian ia tersenyum sendiri mengingat kebodohannya melamun dalam angkot.

Hujan. Semua karena hujan. Tapi…itu hanya alasan… ….karena semua…. Lalu, kembali terngiang ucapan, ‘bersabarlah’.

Apakah mungkin terjadi sesuai dengan yang diinginkan?
Ya Tuhan, bolehkan aku menginginkannya selama jantung ini masih berdetak?

Share:

0 comments