
Banyak orang yang kadang tidak percaya, kalau saya naik bajaj dari rumah ke kantor. Dan memang ada sopir langganan yang menunggu. Saya punya 3 sopir bajaj langganan, dan 1 ojek.
Jarak tempuh Kemayoran – Manggarai
Sebagian besar berpikir, jauh juga jarak tempuhnya. Padahal kalau dijalani, tidak sejauh itu. Jarak tempuh naik bajaj dari rumah sampai kantor hanya 20 menit koq! Buat yang tidak tahu jalur cepat atau yang gampang, tidak akan secepat itu. Apalagi saya berangkat pada saat jam sibuk, jam 8 pagi.
Jalur tempuh dari rumah keluar di Gunung Sahari, yang dikenal dengan nama Industri, atau dekat hotel Sheraton Media. Dari situ lurus saja hingga perempatan Angkatan Laut. Ambil arah ke kanan ke arah Passer Baroe atau Gedung Kesenian Jakarta. Ikuti jalan lewat Kantor Pos Pusat hingga Mesjid Istiqlal belok ke kiri. Hatihati pada saat memotong jalur Trans Jakarta. Karena sering terjadi kecelakaan hanya karena pengendara kurang memperhatikan kaca spion.
Saya juga tidak tahu mengapa para pengendara motor kadang suka sekali tidak memakai kaca spion. Padahal bendabenda yang dibuat seharusnya punya fungsi masingmasing. Kalau tidak buat apa juga dibuat, ya toh? Sama halnya dengan tubuh kita ini. Kalau memang tidak ada fungsi sama sekali, maka buang saja.
Tapi, apakah ada yang mau memotong jari kelingking atau membuang cuping telinga? Tentu tidak ada yang mau, karena walau tidak tahu apa fungsi dari bagian tubuh tersebut, tetap saja tidak dibuang. Ya kan?
Oleh sebab itu, cobalah sekalisekali, untuk mematuhi peraturan yang memang sudah dibuat. Jika memang harus ada kaca spion, pakailah. Gunakan untuk hal yang seharusnya. Berhatihati dengan kendaraan yang akan melaju dari belakang.
Setelah melewati jalur mesjid, maka akan terus terbawa menuju hotel Borobudur, tapi ambil arah yang belokan ke kanan. Sampai terlihat Gereja Immanuel di sebelah kiri jalan. Ambil arah itu, langsung lurus terus. Melewati Stasiun Gambir di sebelah kanan, juga gedung PLN di sebelah kiri. Hingga terlihat Patung Tani. Tapi, sebelum patung ada lampu merah. Melewati lampu merah ini, langsung ambil jalur sebelah kanan. Karena akan belok ke kanan. Lagilagi, harus waspada terhadap jalur Trans Jakarta yang ada disebelah kanan. Karena jarang terdapat petugas yang menjaga, seperti di beberapa tempat yang memang ada penjaganya. Satu atau dua polisi memang terlihat, tapi hanya akan berdiri melihat kendaraan lewat.
Lanjutkan perjalanan menuju Menteng. Jika sudah melihat Gedung Joang di sebelah kiri, pelankan laju kendaraan. Siapsiap ambil arah ke kanan, karena di depan kita akan belok ke kanan. Menuju Jl. Cut Meuthia dan belok kiri menuju arah taman Suropati.
Jalur di daerah Menteng ini enak untuk dilalui. Karena jarang sekali macet dan jalurnya satu arah. Jadi jalan menuju kantor itu selalu tidak pernah terhambat jika sudah masuk wilayah Menteng. Tinggal jalan lurus terus dari Jl. Teuku Umar. Tembus sudah di rel kereta, yang membagi wilayah Pusat dan Selatan.
Jika ingin menuju Kuningan, belok ke kanan atau lurus lewat jalan Halimun. Tapi, saya harus mengambil arah kiri, menuju Manggarai. Tidak jauh dari belok ke kiri akan ada putaran balik arah.
Nah, lagilagi peringatan. Di putaran balik arah ini, sudah memakan korban cukup banyak. Karena adanya pagar pembatas untuk busway, membuat Trans Jakarta yang kadang ngebut tidak bisa melihat kendaraan yang akan memutar balik. Sedangkan kendaraan yang memutar balik kadang suka tidak hatihati. Karangan bunga pernah di taruh di putaran ini, sehingga mengingatkan orangorang agar berhatihati.
Saya masih teringat dengan tulisan di beberapa lampu merah di Jogja. Bahwa ada tulisan yang menyarankan pengendara untuk mematikan mesin saat di lampu merah. Di beberapa tempat di Jakarta pun ada lampu merah yang memakai angka penghitung mundur di samping lampu tersebut. Jadi kan bisa ketauan kapan harus menyalakan kembali kendaraan. Selain mengurangi asap knalpot yang akan mengurangi ozone, dapat juga mengirit bensin, katanya loh!
Dan perjalanan kita sudah hampir sampai, karena tidak jauh dari putaran balik akan terlihat gedung kaca abuabu dengan banyak mobil terparkir. Disitulah kantor saya!
Saya sudah sampai, terimakasih sudah menemani selama perjalanan yah!
Selamat bekerja semuanya!
Hope you all have a wonderful day at work!
PS: Tapi, jalur ini hanya berlaku bagi mereka yang berkendara dari Utara ke Selatan yah! 

Menghilangkan kejenuhan ternyata tidak mudah. Tidak semudah yang dikatakan orang. Tidak mudah, jika dalam kondisi yang tidak memungkinkan. Saya sedang berusaha mencari lagi titik kebahagiaan dalam diri saya sendiri dan buat saya pribadi. Proses pencarian ini ternyata tidak mudah. Belakangan ini apa yang terjadi dalam diri saya, benarbenar terpancar keluar.
Kerjaan yang seharusnya dapat saya selesaikan dengan hasil bagus, malah bolong tidak jelas, seperti keju yang dipahat oleh gigitan tikus. Apa yang diperingatkan oleh hati kecil saya, tidak saya dengarkan. Saya cenderung mengindahkan apa pun yang diperingatkan olehnya. Akhirnya, saya juga yang merasa kesal dengan kebodohan diri sendiri.
Berulang kali melakukan kesalahan yang sama, lagi dan lagi. Padahal sudah pernah terjadi. hanya karena ini dan itu, perasaan ini dan itu. Maka pekerjaan yang seharusnya bisa diselesaikan dengan baik, malah mendapatkan celaan. Saya kecewa. Lebih parah lagi saya menyesal sudah bersikap masa bodoh hanya karena saya merasa jenuh dengan diri sendiri.
Ini sikap yang bodoh, jangan sampai di tiru yah?
Untuk memperbaiki hal ini, maka saya berjanji dengan diri saya sendiri. Papan tulis dihadapan saya sudah dituliskan pedoman apa saja yang harus saya ikuti. Agar tidak lagi mengulang kesalahan yang sama. Saya kembali butuh semangat untuk bangkit!
Tahun ini adalah tahun kelima saya di perusahaan ini. Yang menjadi atasan saya selama tiga tahun bekerja, tidak pernah protes dengan apapun yang saya lakukan. Membuat saya merasa jadi anak buangan. Mengapa? Karena tidak pernah di ajak ngobrol atau diskusi. Hanya bicara seperlunya, beda dengan staff yang lain. Hanya menjadi seorang asisten, kata orang. Tapi, pada kenyataan hanya sebagai karyawan administrasi yang tidak melakukan kerja yang begitu ribet. Duduk manis, menjelajah dunia maya dan juga ngobrol di jendela maya. Hanya itu.
Sebagian orang merasa iri dengan apa yang saya kerjakan. Tapi, saya tidak. Karena membuat otak mungil saya membeku dengan sukses. Tidak mampu lagi dipakai untuk memikirkan hal yang serius. Tidak dapat diajak berkomunikasi dengan baik. Saya kangen diskusi dengan temanteman waktu kuliah. Semua hal ini membuat saya kembali ingin melanjutkan kuliah. Semoga suatu saat bisa terwujud!
Atasan saya setelah tahun ketiga berganti. Seseorang yang saya kenal dari sebagai sales di cabang Medan, sekarang menjadi atasan saya. Pasti memiliki reputasi yang cukup dapat diandalkan bukan? Jika dari cabang bisa pindah menjadi salah satu manager di kantor pusat. Saya pribadi salut pada beliau. Semua yang diucapkan olehnya pun menjadi acuan saya untuk menjadi LEBIH maju dan tidak ingin mengecewakan dia kembali.
Saya HARUS BISA!
Itu adalah janji saya. Pada diri sendiri juga pada beliau. Selama ini, yang terlihat dimata temanteman yang bekerja sama dengan saya adalah saya selalu tidak becus. Dalam mengurus semua hal yang memang sudah SEHARUSNYA saya tahu. Tapi, lagilagi saya selalu tidak becus.
Keluh
Maafkan saya. maafkan segala ketidakpedulian saya. saya berjanji akan MERUBAH semua hal NEGATIF menjadi POSITIF.
Dan dalam pameran selanjutnya, saya sudah BERTEKAD tidak akan melakukan kesalahan yang penting. Tidak akan memalukan namanya kembali. Saya pun ingin sekalisekali dipuji karena pekerjaan saya memang MEMUASKAN. Pertamatama, saya harus bisa MEMUASKAN diri sendiri. Karena jika diri sendiri saja tidak merasa puas, bagaimana mungkin bisa memuaskan orang lain?
Sebuah tulisan dedikasi buat diri sendiri. Sekaligus peringatan agar dapat menjadi manusia yang LEBIH BAIK dalam setiap detik yang bergulir, saya SEMAKIN BAIK!
AMIN!
Shall we drink to this?
CHEERS!
Sudah sejak dulu ingin sekali ikutan yang namanya lomba menulis. Tapi, sampai sekarang masih belum bisa juga terwujud. Hari ini saya tanpa sengaja mampir ke salah satu
artis-blog, caplang. Disana terdapat lomba dengan tema berbagi sesama pengguna jalan.
Terus terang membacanya saya ingin ikutan. Tapi, sekali lagi saya takut tidak dapat mengikuti keinginan saya itu, dan saya akan bête sendiri dengan keputusan yang saya ambil.
Belakangan ini keinginan untuk menulis hampir susah untuk dicari. Entah mengapa. Mungkin ini yang dinamakan fase
homeostatis,
sebuah daya yang berusaha mengembalikan kita pada kondisi semula. Saya ingin kembali dapat menulis setiap hari, tanpa perlu berpikir lagi akan menulis apa hari ini. Topik membosankan yang biasa ditulis pun sudah jarang saya tuliskan.
Biasanya saya akan membahas soal film yang saya tonton, jika suatu saat tidak ada lagi hal yang dapat saya tuliskan. Tapi, belakangan ini, menulis resensi film pun rasanya, malas.
Benar, saya terpaksa menggunakan kalimat yang saya tidak sukai. Karena saya berusaha jujur dengan diri sendiri, bahwa saya memang lagi malas menulis. Tapi, setiap kali membuka blog keinginan untuk memasukkan entri baru pun, menggiurkan. Hanya saja, tidak tau apa yang mau ditulis. Seperti biasa, terlalu banyak konsep dikepala.
Sudah hampir dua hari ini, bekerja pun sepertinya malas sekali. Padahal, biasanya selalu ada yang membuat saya bergairah untuk datang ke kantor. Mengunduh lagu gratis dan bisa menjelajah dunia maya dengan koneksi gratis. Biasanya halhal ini bisa membuat saya bergairah. Tapi, sepertinya gairah untuk berpikir ke arah sana pun hampir hilang.
Sepertinya saya hanya kurang istirahat. Mungkin, hal itu salah satu penyebab kemalasan saya bertambah. Perlu luluran dan pijet, creambath, menikur dan pedikur sepertinya…hahahah…Sudah lama tidak memanjakan diri seharian di salon. Mungkin, ini juga salah satu penyebabnya? 
Ke salon yuks! Hehehe...

Kesenangan liburan masih terasa hingga sekarang. Rasa rindu yang tertahan pun belum terlampiaskan. Semakin hari semakin ingin kembali tertawa bersama mereka di Jogja. Tidak pernah sekali pun begitu lepas berlibur. Saat itu, saya memang benarbenar membutuhkannya.
Selama ini, ternyata saya masih kurang peka. Dalam arti memahami apa yang harus saya mengerti dari orang lain. Saya harus mengakui hal ini, karena dengan mengakui pada diri sendiri, artinya berdamai dengan bagian diri yang tidak pas. Saya baru menyadari setelah semuanya terjadi. Pasangan saya menegur saya dengan keras karena hal ini.
Saya tidak pernah tau apa maksudnya merasa cemburu. Karena apapun itu namanya, rasanya tidak menyenangkan. Di satu sisi adalah pembuktian bahwa kita merasa sayang sama partner. Tapi di sisi lain, hanya perasaan aneh yang menggerogoti hati dan pikiran. Memiliki rasa cemburu itu tidak enak sekali. Walau dalam sebuah hubungan kasih sayang, hal ini harus ada. Saya setuju sekali. Selama masih dalam tahap yang wajar. Tidak sampai harus mengeluarkan darah atau mencabut nyawa hanya karena perasaan cemburu.
Menyayangi seseorang dengan hati ternyata membuat perasaan memiliki tombol otomatis. Seperti apakah itu? Perasaan bisa tau jika ada sesuatu yang tidak beres dengan pasangannya. Entah apapun itu. Saya belajar ini dari pasangan saya. Dia pernah berkata jika hubungan ini memang hanya membuang waktu dan tidak akan ada ujungnya. Apalagi, dijalani hanya dengan setengah hati. Bukan kah sudah tau keputusan apa yang harus kami ambil? Tapi, hidup hanya sekali, jadi nikmati saja semua itu. Susah, senang, sedih, rindu, mangkel dan segala macam rasa yang seperti rasa jamu pahit yang tertinggal di lidah.
Semua itu adalah bagian dari membagi rasa kasih sayang, dan juga proses menjalani semua dalam merajut kisah kasih yang hanya dapat terjadi pada episode waktu saat ini, hingga nanti, entah kapan. Semoga selamanya. Sepertinya saya masih ingin tetap berharap.
Selain itu, akhir-akhir ini saya sedang asik bermain bersama temanteman dari dunia fotografi. Menyenangkan! Melihat mereka melakukan kegiatannya. Membantu mengarahkan gaya sang model agar bisa menjadi objek yang dapat dinikmati oleh orang banyak. Saya pun tidak luput dari jepretan kamerakamera iseng tersebut. Ini yang dinamakan latihan percaya diri di depan kamera. Lama kelamaan saya pun akhirnya bisa sadar kamera, otomatis. Beda dengan model yang bisa langsung bergaya, kalau saya malah mati gaya.
Selain foto candid, saya tidak bisa disuruh gaya dengan natural.Oleh sebab itulah, saya suka sekali jika mengikuti mereka yang sedang menjepret foto memakai model. Dari situ bisa sedikit melihat dan belajar ekspresi wajah dan juga gerak tubuh si model.
Ini adalah satu dari tulisan tidak penting dari sekian banyak ide yang terhambat. Terlalu banyak yang ingin ditulis, sehingga menjadi sebuah tulisan campur aduk yang tidak jelas isinya. Awal dan akhir yang juga tidak jelas. Editor pribadi saya pasti akan marah lagi, tapi tak mengapa. Karena saya memang tidak tau lagi harus menulis dengan plot yang seperti apa, sekarang yang ada dibenak saya hanya menulis apa yang terlintas di kepala dan di hati, entah bagaimana hasil akhirnya. Saya yakin saya pribadi tetap dapat menikmatinya dengan santai.
Saya hanya kangen menulis.
Hanya itu
Foto diambil oleh Alvin FauziePuisi dibuat oleh MW
[6 Agustus 2008]