THE FIRST STEP

"Traveling - it leaves you speechless, then turns you into a storyteller." 
Ibn Battuta


Katanya semua dimulai dengan langkah pertama. Begitulah yang saya coba untuk lakukan, melangkah keluar dari zona nyaman dan memulai dari sini.

TRIP 3 PULAU - KELOR, CIPIR DAN ONRUST

Sejak dulu, saya senang sekali jalan-jalan (baca: traveling) siapa sih yang tidak? Hingga sampai saat kuliah pun, saya mencoba peruntungan saya untuk masuk jurusan Pariwisata. Dengan asumsi, akan bisa mengetahui banyak tempat pariwisata. Namun, harapan dan kenyataan ternyata berbeda sekali. Pariwisata yang saya pelajari, berbeda dengan bayangan saya dan pariwisata pada umumnya. Oleh sebab itu, keinginan untuk pergi mencapai tempat-tempat baru pun, masih terus membara hingga sekarang.

Bulan Juni, tahun lalu; saya memberanikan diri untuk memulai langkah pertama, mencoba keluar dari cangkang kenyamanan saya.  Dengan bantuan dari Trip Hemat walau hanya ke seberang pulau, saya pun memulai sejarah perjalanan saya, dari sini.


Traveling Bag
Sekitar jam 07:00 WIB para peserta trip sudah berkumpul di Kota Tua, untuk menunggu angkot yang akan mengangkut kami ke Dermaga Muara Kamal. Jangan kaget dengan bau yang menyambut di pasar nanti menuju dermaga. Belajar untuk bernapas via mulut, dari pada menghirup wewangian ajaib, dari luar angkot.

Kapal-kapal inilah yang akan mengangkut kami hingga ke seberang pulau. Jangan takut, aman koq!

Dermaga Muara Kamal

 Perkampungan Nelayan



PULAU KELOR

Sesuai dengan pepatah yang terkenal, "hanya selebar daun Kelor" begitulah nama pulau ini dibuat (masa sih?) karena memang pulau ini hanya secuil saja, tapi sebenarnya nama Kelor berasal dari nama Belanda yaitu Kherkof yang berarti kuburan.

Berdasarkan beberapa cerita, banyak sekali prajurit yang meninggal dan dikuburkan di pulau ini, jika kita berusaha menggali sebagian tanah disana, mungkin masih bisa terlihat sisa-sisa tengkorak para prajurit jaman itu.

Selamat Datang di Pulau Kelor





Pulau ini jadi cantik, karena ada sisa reruntuhan Benteng Mortello. Ada sejarah lucu mengenai benteng ini, karena dibuat sebagai pertahanan, maka saking kuatnya bisa tumbang dalam gempuran dua hari di Tanjung Mortella. Pada abad ke 19 tersebut, ketika Inggris mengakui ketangguhan benteng ini, kemudian dia mengkopi desain benteng ini, kemudian menjadi salah sebut dengan "mortello" yang artinya Palu dalam bahasa Italia. Salah satu fakta juga adalah, batu bata yang dibuat untuk benteng ini, berbeda sekali teksturnya dengan batu bata yang ada sekarang, yang sudah buatan lokal Tangerang.
Sisa Reruntuhan Benteng Mortello
Jadi,sekarang kira-kita tau dong yah! Dari mana asal nama Mortello itu? Terjadi karena kesalahan eja yang dilakukan oleh orang Inggris terhadap sebuah wilayah di daerah sana, pada saat kejadian perang di abad 19. Nah, makanya sering sekali dibilang, kita tidak bisa merubah sejarah, ya karena ini. Akibat salah eja, hingga sekarang namanya tidak bisa dirubah lagi, ya toh? LOL.


 Dalam Benteng

 Jendela Benteng



Coba deh, liat di bawah ini, foto benteng Mortello yang ada di Inggris bagian barat, mirip kan? Dengan sisa reruntuhan yang ada di Pulau Kelor? Konon kabarnya benteng ini anti meriam loh, makanya susah sekali menjatuhkan benteng ini waktu jaman perang dulu.

Benteng Mortello di Inggris Barat
“Travel makes one modest. You see what a tiny place you occupy in the world.” 
Gustave Flaubert



PULAU CIPIR

Terletak tidak jauh dari Pulau Kelor, pulau ini juga biasa disebut dengan Pulau Kahyangan. Mungkin karena pulau ini sebelumnya adalah pulau transit bagi para jemaah haji jaman itu. Dimana, mereka yang mau berangkat haji harus di karantina dan di periksa lebih dahulu kesehatannya. Banyak dari mereka yang meninggal atau di suntik mati di pulau ini. Akibat terlalu lama perjalanan untuk pergi haji yang memakai kapal laut, sehingga peserta yang sakit atau menyandang penyakit juga banyak, lalu mereka pergi ke Kahyangan.

Sisa Runtuhan Bangsal
Kamar dengan pemandangan Laut 
Kalau suka fotografi, banyak sekali spot yang bisa dijadikan tempat motret. Seru berlama-lama di pulau ini, sambil motret dan napak tilas sejarah. Masih terdapat beberapa kuburan dengan nama orang Belanda, demikian juga dengan peninggalan barak-barak pondasi haji disini. Sisa meriam yang terpendam dalam pasir pun, bisa terlihat.

Sayang sekali, kebanyakan dari bangsa kita tidak mampu merawat peninggalan sejarah, sehingga bisa dilestarikan demi anak cucunya. Seandainya saja, banyak dari mereka yang di Pulau melek akan peninggalan sejarah, mungkin bangsal yang tersisa, masih terawat rapi, dan tidak penuh dengan vandalisme. Banyak sekali coretan tidak perlu yang tergurah di dinding bekas bangsal. Semoga di kemudian hari, bangsa ini bisa lebih melek mentalnya.

Langit Pulau Cipir



“We travel not to escape life, but for life not to escape us.” 
Anonymous




Sejarah pulau yang tidak berbeda dengan Pulau Cipir, bisa dibaca dengan klik judul pulau diatas. Sekilas perjalanan, di pulau ini masih ada satu bangunan utuh yang dijadikan museum. Jika suatu saat kamu melakukan perjalanan kesini, jangan sungkan untuk masuk dan melihat di dalamnya.

Pulau ini, lebih banyak belajar untuk sejarah, namun pemandangan di laut lepas pun tidak kalah bagusnya untuk di abadikan dengan kamera. Palau yang sempat dijadikan karantina bagi pengidap TBC, kemudian menjadi karantina para haji, lalu berubah menjadi penjara bagi para pemberontak pun sudah dialami pulau ini.


Kuburan Belanda di Pulau
Pernak Pernik pinggir Pantai


Gimana? Seru kan belajar sejarah sedikit, dengan wisata menyebrang pulau dari ujung Jakarta. Tidak perlu mahal koq. Sekarang banyak sekali yang mencoba membuat trip murah seperti ini, salah satunya yah Trip Hemat yang saya pakai untuk jalan kesini. Bisa langsung di kontak loh! Murah meriah tidak sampai 200ribu untuk biayanya, dan sudah ditanggun makan siang di pulau.

Mau jalan-jalan murah, selagi masih di Indonesia. Yuks, kita sama-sama jalan bareng! Jangan sampai menyesali hal yang tertunda untuk dilakukan, selagi masih bisa dan mampu untuk traveling, kenapa tidak? Batas umur dan keluarga kadang menjadi jangkar bagi kita, namun ketika bisa memberikan alasan kuat dan bertanggun jawab dengan perjalanan hidup itu sendiri, sepertinya semua benturan kembali pada diri kita sendiri.

Sebenarnya hanya sederhana saja, mau atau tidak?



“Twenty years from now you will be more disappointed by the things you didn’t do than by the ones you did do.” 
Mark Twain

Share:

0 comments